Too Late

Boy I miss your kisses
all the time but this is
25 minutes too late
Tough you’ve travelled so far
Boy I’m sorry you are
25 minutes too late

~Too Late~

Author’s POV

 

September, 18th 2011

19.35

Shin familys’ house, London, England

 

“Jadi kau hanya tinggal mengalikan 6,7 dengan 8, lalu ditambah hasil pembagian ini.” Terlihat dua murid kelas 3 London High School itu sedang mengerjakan PR bersama.

“Oh… begitu rupanya.” Gadis itu mencoret-coret bukunya dengan tabel hitungan. “Lalu bagaimana dengan nomor 25?”

“Shin JiRa!” bentak temannya itu, sedang yang dibentak, hanya bisa memamerkan deretan giginya yang putih.

“Kaukan sudah berjanji akan mengajariku apapun yang kuminta…” ia memasang wajah memohonnya. Temannya hanya bisa menghembuskan nafas kesal.

“Okay, have you ever learned Pythagoras?” gadis itu menggeleng. “Shin JiRa,” panggilnya, JiRa menengok dengan pensil di dagunya. “apa benar kau lulus SMP?! Ini pelajaran yang diberikan Mr. Robert saat kita kelas 2 SMP! Kau hanya tinggal menggunakan rumus ini dan masalah ini selesai!” ia menuliskan rumus Pythagoras di buku gadis itu.

“Oh… It’s kinda easy.” Gadis itu mulai menghitung.

“Itu memang mudah!” teriak temannya frustasi.

“Well, not every person as smart as you Mr. Cho.” Jawabnya santai.

“And not every person as annoying as you Miss Shin. What you can do well for real?!” bentaknya kesal.

“I’m good in persuading you.” Jawabnya singkat sambil menunjukan smirknya.

“Well that’s it!” KyuHyun membanting pensilnya lalu mulai menggelitikki JiRa.

“Hya! Geumanhae! Geumanharago!” Berontak JiRa. Namun, seperti tidak mendengar apapun KyuHyun semakin menggelitikki JiRa dengan tawa kemenangan. “Cho KyuHyun! Geumanhae!” ia terus memberontak sampai terjatuh ke lantai. Sekali lagi KyuHyun bersikap seperti tidak ada yang terjadi.

“You must pay for it!” bisik KyuHyun.

“Pay for what? I’ve done nothing wrong.” Jawab JiRa dengan wajah innocentnya yang dibuat susah payah dibalik jerit tawanya.

“Really? You always succeeded when you persuade me! With your pleading face.” Balas KyuHyun. JiRa kembali menjerit ketika KyuHyun mulai menggelitikki kakinya.

“Hey, I warn you, you better let go of my feet or you’ll get kicked.” Mendengan kalimat itu, KyuHyun kembali berpindah menuju pinggang JiRa yang menjerit lagi.

“Ehem.” Suara itu mengagetkan keduanya. Sontak mereka melihat siapa orangnya.

“Daddy! You’re home!” JiRa berlari memeluk ayahnya.

“Yes, I am.” JiRa mengecup pipi ayahnya. Seperti tidak memperhatikan ritual setiap malam JiRa, tuan Shin menatap KyuHyun tajam yang membuatnya hanya menunduk dalam.

“Apa semua pekerjaan daddy sudah selesai?” Tanya JiRa.

“Tentu saja, kalau tidak aku tidak akan pulang.” Jawab tuan Shin ringan “Kenapa kau bertanya seperti itu? Tidak biasanya kau bertanya seperti itu.”

“I just want to know it.” JiRa menggantungkan coat ayahnya.

“Really? Don’t you expecting me come home late so you can do something with him?” tuan Shin menunjuk KyuHyun dengan dagunya. Sontak kalimat itu membuat wajah mereka memerah.

“Daddy, what are you talking about?” JiRa menggigit bibir bawahnya “He’s just helping me on my homework.”

“And that tickling thing?”

“We’re just playing around.” JiRa menunduk.

“Jadi, PR kalian sudah selesai?” ayah JiRa mulai menginterogasi mereka.

“No, still 30 numbers left.” Aku JiRa.

“You haven’t done your homework, and you’re playing around?!” bentak ayahnya. JiRa serta KyuHyun berjengit mendengarnya.

“I better get you a glass of water.” JiRa melangkahkan kakinya ke dapur.

“Sir, I didn’t mean, I’m…” Tuan Shin memotong perkataan KyuHyun dengan mengangkat tangannya, lalu menyusul JiRa ke dapur.

“Shella, kau tahu? Kau sudah besar sekarang. Daddy rasa sudah seharusnya kau bersikap dewasa. Maksudku…”

“Daddy,” JiRa memotong ayahnya “I know what you mean. We’re just…” JiRa menuangkan air ke dalam gelas.

“You’re not a Junior High student anymore! You’ve grown up, and so do him!” bentak ayahnya.

“And so what?! Dad, we knew it, we do understand. I know what you’re talking about, but we knew, we knew our must and mustn’t, our should and shouldn’t!”

“Shella Shin!” bentak tuan Shin, KyuHyun yang berada di ruang tamu hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar pertengkaran itu. “Kau harus tahu. You have responsibilities, and maybe you don’t know this he could just…”

“Dad! I know my responsibilities! And because of that responsibility, he’s here! Marcus is here because I asked him to, and I asked him because you told me to make good marks. Dia yang paling pintar di kelasku! Dia juga temanku! Aku sudah merepotkannya sejak aku SMP, apa yang salah sekarang? I know him dad, dan aku yakin ia tidak akan melakukan hal-hal aneh!”

“Bagaimana kau bisa begitu yakin?”

“Karena aku mengenalnya! Akulah yang menghabiskan waktu bersamanya! Aku yang selalu berbicara padanya! Dan dia yang selalu bisa mengerti apa maksud atas apa yang kukatakan atau atas apa yang kulakukan. Aku kecewa dad, bahkan orang itu bukan dirimu atau eomma.” JiRa menurunkan nadanya pada kalimat terakhir.

“Kau bisa mencari teman wanita, yang sama sepertimu!”

“Dad! Astaga! Apa benar aku putrimu?! Kemana saja kau selama ini? Aku Shin JiRa, Shella Shin, tidak pernah bisa akrab dengan wanita manapun di dunia ini kecuali eomma! Kurasa panggilan dad itu hanya sebuah panggilan untukmu!”

“Shella Shin!” tuan Shin bangkit berdiri dengan kasar yang membuat kursinya terjatuh.

“What? Kau bahkan tidak peduli padaku!”

“Pardon me? Kalau aku tidak peduli, kenapa aku melakukan semua ini?! Aku melakukan ini karena aku peduli padamu Shella! Kau tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan Marcus Cho itu!”

“Dad, aku kenal Marcus, aku mengenalnya sejak kelas 1 SMP dan aku selalu bersamanya, bukan dad! Aku kenal dia dad!”

“Marcus yang kau kenal adalah Marcus yang berumur 12 tahun, bukan Marcus yang berumur 17 tahun!!”

“Aku juga sudah 17 tahun dad! Lupakanlah! Aku lelah, aku akan melanjutkan PR ku terlebih dahulu.” JiRa melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

“Shella I..” panggil KyuHyun setelah JiRa duduk.

“Enough Marcus. I’m going to end this in no time.” JiRa mengambil pensilnya dan mulai menghitung. Pertengkaran JiRa dengan ayahnya membuat KyuHyun merasa bersalah dan serba salah, maka ia putuskan untuk mengerjakan PR-nya dalam diam.

***

February, 3rd 2012

12.10

London High School, England

KyuHyun sedang berjalan ke lokernya, berharap akan bertemu seseorang yang sangat ia ingin temui.

“Marcus!” panggil seseorang setelah Marcus sampai di lokernya “Hey birthday boy!”

“Hey, Andrew.” Jawab Marcus singkat tanpa menoleh.

“Oh come on, you’re 18 years old now. Apa kau harus tetap secuek itu?” ucapan itu membuat KyuHyun batal membuka lokernya.

“Okay, apa maumu?”

“Tidak banyak. Happy birthday.” Andrew memberi KyuHyun kadonya.

“Thanks. I think it’s better to keep it in my locker.” Andrew mengangguk. Saat KyuHyun membuka lokernya, sebuah surat meluncur keluar.

“Ooh, secret admirer?” Andrew mengulurkan tangannya hendak mengambil surat itu, namun KyuHyun lebih cepat mengambilnya. “Open it.” KyuHyun langsung membuka surat itu.

Meet me at Thames River Park after school.

“Hah. Babo.” Ucap KyuHyun yang membuat Andrew bingung. Mengapa ia berbicara bahasa Korea?

“Apa isinya? Siapa yang mengirimnya?” Tanya Andrew tidak sabar.

“Hanya satu pemiliknya, kau lihat saja sendiri.” KyuHyun memberikan suratnya pada Andrew. Andrew semakin bingung melihatnya.

“Nama pengirimnya tidak tertulis disini. Bagaimana kau bisa tahu siapa yang mengirimnya?”

“Tulisan tangan ini hanya satu orang yang memilikinya. Give it back!” KyuHyun mengambil suratnya lalu melangkah pelan sambil tersenyum.

“Do I know her?!” Tanya Andrew.

“I’m not sure. But I know her very well for sure!” jawab KyuHyun tanpa menghentikan langkahnya.

***

February, 3rd 2012

18.00

Thames River Park

Terlihat seorang gadis sedang duduk memangku sebuah box dengan ukuran sedang.

“Hya!” seseorang menepuk punggungnya.

“Aigoo kamjjakgiya!” gadis itu memegangi jantungnya, memastikan organ penting itu masih berfungsi. “Marcus Cho!” teriaknya setelah melihat siapa pelakunya. KyuHyun hanya tersenyum lebar setelah tahu rencananya berhasil. “Bagaimana kalau kau salah orang?!”

“Tidak akan. Aku bisa mengenalimu hanya dengan melihat punggungmu.” Gadis itu hendak memberi pertanyaan lain, namun seperti bisa membaca pikiran JiRa KyuHyun langsung menjawab “Aku sudah mengenalmu selama 6 tahun. Berarti sudah 6 tahun juga kau menjadi muridku. Bagaimana mungkin aku tidak mengenal tulisan muridku sendiri? My one and only student.” KyuHyun mengacak-acak rambut JiRa. “Seharusnya kau lebih pintar dengan meminta tolong pada seseorang untuk menuliskannya.”

“Baiklah kalau begitu. Tahun depan aku akan melakukannya.”

“Pada siapa kau akan minta?” Tanya KyuHyun.

“Aku takkan memberi tahumu. Nanti pasti kau akan mengetahuinya seperti hari ini.” JiRa mem-poutkan bibirnya.

“Aku hanya ingin tahu.” Paksa KyuHyun.

“Andrew.” Ucap mereka bersamaan.

“Sudah kuduga! Hahaha Shella Shin, mengapa kau begitu mudah di tebak?” JiRra hanya membuang muka.

“Ini, eomma membelikan kue ini untukmu. Kau nyalakan sendiri lilinnya!” JiRa memindahkan box dipangkuannya ke pangkuan KyuHyun.

“Eoh? Apa ada orang menyalakan lilin ulang tahunnya sendiri?”

“Harry Potter melakukannya.” Jawab JiRa tanpa menoleh.

“Ayolah, are you mad? Shella I’m just kidding, okay?” bujuk KyuHyun.

“I’m not mad.” Jawab Shella diiringi bersin.

“Oh, are you okay?” Tanya KyuHyun khawatir.

“I’m ok…” belum sempat JiRa menyelesaikan kalimatnya, ia sudah bersin lagi. Tak perlu waktu lama bagi KyuHyun untuk menyadari bahwa JiRa tidak mengenakan jaket maupun coat.

“Babo, ini bulan febuari, kenapa kau tidak mengenakan jaket?” KyuHyun memakaikan jaketnya pada JiRa.

“I told you, I’m okay.” JiRa menolak jaket KyuHyun, namun ia bersin sekali lagi.

“Tapi hidungmu mengatakan hal lain.” Jawab KyuHyun dingin seraya menunjuk hidung JiRa yang memerah. Melihat tatapan tajam KyuHyun membuat JiRa memandangi sepatunya. “You knew this is February, why do you want to meet me here?”

“It’s your fault, why did you born in February?” balas JiRa.

“So that I become a warm person, you know, February is the coldest month in the year.”

“Hah! Warm you said?” JiRa menatap KyuHyun dari atas sampai bawah. “Dilihat dari sisi mana?” JiRa berdecak.

“Kau hanya belum mengenalku saja!” tukas KyuHyun.

“I’ve known you for 6 years sir. I’ve spend my six years with you, of course I know you that well sir. By the way, happy birthday.”

“No present?” KyuHyun menaikkan alisnya.

“Aku sudah mengucapkan selamat ulang tahun. Itu sudah termasuk hadiah.” Jawab JiRa santai.

“No, itu bukan hadiah.”

“Of course it is. Tidak semua orang bisa mendapat ucapan selamat ulang tahun Marcus.” Jawab JiRa dingin.

“Oh that’s impossible.” KyuHyun mengayunkan tangannya di depan wajahnya.

“Why not? Aku tak pernah mendapat ucapan selamat ulang tahun dari daddy sejak dulu.”

“Oh, I’m sorry.” KyuHyun menatap JiRa iba.

“Oh ayolah, kau tidak perlu mengasihaniku seperti itu. Begini, kita buat kesepakatan. Aku akan memberimu hadiah dengan syarat, kau akan memberiku hadiah yang kuminta.”

“Okay. Aku setuju. Apa yang kau minta?”

“Bukan sesuatu yang mahal, aku hanya ingin daddy dan eomma mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Mudah kan?” KyuHyun semakin menatap JiRa dengan iba.

“Any else?”

“No, that’s it. Kalau aku minta lagi, appamu bisa bangkrut nanti.” JiRa menggeleng. KyuHyun menggantikan tatapan ibanya dengan senyuman hangat.

“Okay then, let’s do that.”

“Okay. Wait a second.” JiRa segera berlari meninggalkan KyuHyun. 25 menit kemudian JiRa sampai dengan kado di tangannya. “Here.”

“Thank you.” KyuHyun menerimanya dengan senang hati. “May I open it now?”

“As your wish.” KyuHyun langsung membuka bungkus kado itu dengan semangat.

“Whoa…” KyuHyun berdecak kagum melihat isinya. “Whoa,” ia menatap JiRa “Gomawo JiRa-ah!” KyuHyun memeluk JiRa.

“Oh? Oh. Cheonma.” Jawab JiRa gugup.

“Jeongmal gomawo.” KyuHyun mengeratkan pelukkannya.

“Euhmm, kau bisa melepaskannya sekarang.” KyuHyun langsung melepaskan JiRa.

“Mian, aku terlalu bahagia. Bagaimana bisa kau tahu aku mau CD Game ini?”

“Aku tidak tahu. Aku hanya mengambil satu CD yang dipajang, lalu kau bereaksi seperti ini.”

“Eomma, appa, bahkan noona tidak mau membelikanku Game ini! Bahkan ini original! Shin JiRa!” KyuHyun hendak memeluk JiRa sekali lagi namun JiRa mundur.

“Kau sudah melakukannya tadi.”

“Ah iya benar. Sorry.” KyuHyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Seharusnya kau berpura-pura seperti kau merencanakan membeli ini. You said you want to be an actress, but you can’t act, even a bit.” KyuHyun menggelengkan kepalanya. “Lebih baik kau cari cita-cita yang lain!”

“Kau pikir cita-cita sesuatu yang bisa kau ubah dalam satu detik?!” tukas JiRa.

“Sudah 6 tahun aku mengatakan ini Shin JiRa, seharusnya kau sudah memikirkan hal lain.”

“Sebenarnya aku sudah mengetahui cita-citaku yang lain.” JiRa berpikir sebentar “Aku ingin menjadi sekertaris atau hal yang mirip seperti itu.”

“What?! Hahaha, why suddenly you want to be a secretary?!” tawa KyuHyun.

“Aku sudah mencobanya, it’s kinda fun. Not hard at all.” Jawab JiRa dingin.

“You’ve… tried it?”

“Yup. At my fathers office, I work there as the advertisement directors’ secretary.”

“Ad director?”

“Yeah, he had a lot of work to do. But it still fun.”

“He?” KyuHyun terbelalak, nafasnya tidak teratur. Entah kenapa ia begitu panik mendengar hal itu.

“Yeah, he. Oh!” JiRa mengecek jamnya “I have a meeting now I….” tiba-tiba handphone JiRa berdering. “Yoeboseyo?”

“….”

“Na jigeum Thames River Parkeseo.” (aku sekarang ada di Thames River Park)

“….”

“Oh? Geuraeyo oppa.”

“…”

“Arraseo. See you soon.” JiRa memutuskan panggilannya.

“Nugujji?” Tanya KyuHyun.

“Direktur yang kubicarakan tadi.”

“Kau memanggilnya oppa?”

“Ne, ia 2 tahun lebih tua dariku.”

“Setidaknya kau bisa memanggilnya direktur.” Teriak KyuHyun.

“Kenapa kau marah?! Sudahlah, ia sudah menungguku. See you tomorrow.” JiRa meninggalkan KyuHyun sendiri.

“Aku tidak bisa mengatakannya JiRa-ah, aku takut kau akan meninggalkanku kalau aku mengatakkannya.” Batin KyuHyun.

***

June, 15th 2012
21.00
London High School

Graduation party London High School baru saja selesai. Terlihat murid lulusan sekolah ternama itu berhambur keluar dari aula utama. Mereka semua bercanda tawa dengan sahabat mereka masing-masing, namun tidak bagi JiRa. Gadis yang mengenakan dress biru laut selutut, high heels putih, serta bando senada itu sedang mencari sahabat terbaiknya, sahabat yang telah setia menemaninya selama kurang lebih 6 tahun penuh. Jira melihat KyuHyun sedang duduk di taman, ia segera berlari untuk menyampaikan apa yang sudah bulat baginya.

“Marcus!” panggilnya “Marcus Cho!” KyuHyun menoleh dengan handphone menempel di telinga kirinya. Ia mengangkat tangan kanannya mengisyaratkan pada JiRa untuk mengunggu.

“…”

“Ne?! 70%?! Appa, itu potensi kita keluar dari masalah inikan?”

“…”

“Itu potensi kebangkrutannya?!”

“…”

“Ne? joeyo? Geundae wae?”

“…”

“Aku tahu appa, aku akan membantu. Aku akan ke sana.”

‘ke..ke sana? Apa maksudnya? Apa ia akan pulang ke Korea?” batin JiRa.

“Ne?! Hari ini?! Appa, apa tidak bisa aku berangkat besok saja?”

“…”

“Arraseo, arraseo. Aku akan berangkat malam ini juga. Pukul berapa aku harus berangkat?”

“…”

“Baiklah aku akan menunggunya. Sampai bertemu appa.” KyuHyun memutuskan sambungan telefonnya itu. “Shella, I…” saat ia membalik menatap JiRa, pipi gadis itu sudah basah. Air mata mengalir deras dari ujung mata sipit gadis itu. “Shella, what’s wrong?” KyuHyun mendekati JiRa, namun JiRa mundur. “Ji..JiRa-ah nan…” JiRa tersisak keras.

“Wae? Wae?!” jerit JiRa.

“Karena aku harus membantu appa JiRa-ah. Perusahaan appaku sedang dalam bahaya, aku harus membantu appa seperti kau membantu appamu.”

“Kenapa harus kau? Kenapa tidak AhRa eonni saja?!” teriak JiRa.

“Noona sudah membantu, ia juga sedang berusaha sekarang. Namun banyak karyawan yang mengundurkan diri, perusahaan appaku kekurangan karyawan, jadi aku harus pulang. Sekarang juga.” KyuHyun memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.

“Geurom, aku akan ikut. Aku akan membantu juga. Aku akan ikut denganmu kembali ke Korea.”

“JiRa-ah, mothae.” KyuHyun menggeleng “kau tahu, appamu tidak mungkin mengizinkanmu.”

“Kenapa daddy begitu membencimu? Kenapa?!” jerit JiRa yang membuat KyuHyun tersenyum kecil. “Uso? Disaat seperti ini kau malah tersenyum? Cho KyuHyun, kau keterlaluan.”

“Shin JiRa, kau pikir ada ayah yang senang saat anak perempuannya dekat dengan seorang lelaki? Kapan kau akan dewasa? Apa yang ayahmu ucapkan benar, kita sudah bukan anak berumur 12 tahun lagi.”

“Tapi,” ucap JiRa desela isakkanya yang mengeras “apa harus kau pergi?”

“Geurae, aku harus pergi.” KyuHyun memeluk JiRa “Tapi aku pasti akan kembali.”

“Kau bahkan belum memberi hadiah ulang tahunku. Kau sudah janji.”

“Aku akan memenuhi janjiku. I promise.” KyuHyun mengeratkan pelukkannya.

“Aku akan menghubungimu.” JiRa membalas pelukkan itu. KyuHyun tersenyum.

“Arra.” Jawabnya sebelum melihat sekertarisnya, yang baru ia ketahui dari ayahnya 10 menit yang lalu. “JiRa-ah,” JiRa mendongakkan kepalanya “Aku harus pergi sekarang.” JiRa menyadari kehadiran sekertaris KyuHyun berdiri di depan pintu. “Itu sekertarisku, appa yang mengirimnya untuk menjemputku. Hati-hati di sini.” JiRa mengangguk lalu kembali memeluk KyuHyun.

“Jalga.” KyuHyun hanya tersenyum lalu mengacak-acak rambut JiRa lalu berjalan menjauh bersama sekertarisnya. JiRa hanya terdiam, menatap punggung KyuHyun yang semakin menjauh.

***

January, 31st 2018
10.00
Cho Industry office, Seoul, South Korea.

“Sajangnim, kita akan ada rapat dengan tuan Park pukul 11.00 nanti, lalu anda akan makan bersama mentri keuangan Korea pada pukul 12.00.”

“Arraseo Lee SungMin. Kau boleh keluar.” Sekertarisnya itu segera membungkuk dan keluar. KyuHyun menyandarkan tubuhnya, lelah? Mungkin. Sepeninggal ayahnya 3 tahun lalu, KyuHyun menggantikan posisi ayahnya sebagai sajangnim perusahaan itu. Semua kesibukkan perusahaan itu membuatnya lelah, bahkan terkadang ia tidak mendapat jatah waktu tidur. Walau noonanya, yang bekerja sebagai psikolog, telah memperingatinya beribu-ribu kali, KyuHyun tetap sibuk dengan kesibukkannya. KyuHyun membuka matanya lalu mulai menatap berkas-berkas yang sudah harus selesai sebelum pukul 11 nanti. Ia putuskan untuk mengerjakannya segera.

“Eoh? Kemana file itu?” gumamnya sambil mengacak-acak mejanya. Setelah semua kertasnya bertebaran di lantai, ia berjalan menuju lemarinya dan mulai mengacak-acak lemarinya. Saat ia sampai pada sebuah buku, tangannya berhenti bergerak, ia menatap buku itu dan mulai membuka halaman demi halaman buku itu secara perlahan, seakan itu benda mahal yang sangat berharga. Album foto keluarga itu, benda yang selalu terpajang rapih di kantornya, namun sangat jarang ia menyentuhnya, bahkan walau hanya meliriknya. Saat ia sampai pada halaman terakhir, sebuah foto meluncur jatuh kebawah. Ia mengambil foto itu lalu tersenyum.

“Oraemane Shin JiRa.” Ucapnya lalu berjalan menuju mejanya dan menghubungi sekertarisnya. “Kosongkan jadwalku untuk 4 hari kedepan, dan siapkan tiket ke London, penerbangan tercepat dari sekarang.” Pesannya lalu memutuskan sambungan itu tanpa menghiraukan teriakkan sekertarisnya dari seberang sana.

‘Aku akan bertemu denganmu sebentar lagi. Gidareora naega ganda!’ batin KyuHyun. (Tunggulah, aku akan segera datang.)

***

February, 2nd 2018
15.00
London, UK

KyuHyun berlari menyusuri jalan padat di London itu. Mengunjungi tiap tempat yang sering ia kunjungi bersama JiRa 6 tahun lalu. Dari sekolah, café, taman umum, sampai stasiun dekat sekolah mereka dulu. Bahkan ia telah mengunjungi rumah JiRa, namun rumah itu tidak menunjukkan tanda adanya orang di dalam. Sekarang, KyuHyun sedang duduk terengah diujung kota London, tanpa sadar ia melihat adanya gereja di depan matanya, tempat yang belum ia kunjungi. Ia juga melihat adanya JiRa disana, berdiri dengan senyum lebar terukir di wajahnya. Ia mengenakan dress putih panjang yang sangat cocok dengannya. KyuHyun berjalan perlahan ke sana, berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu bukan JiRa, bukan Shin Jira yang ia kenal. Selama perjalanan di pesawat, KyuHyun telah menyadari semuanya. Ia sadar apa sebenarnya arti kehadiran JiRa baginya, sadar akan perasaannya pada JiRa. Ia sudah sampai di barisan belakang kerumunan orang itu. Ia menerobos masuk mendorong setiap orang yang menghalangi jalannya, sampai ia bisa melihat JiRa dengan jelas. Itu benar JiRa, Shin JiRa, Shella Shin yang ia kenal, setidaknya sampai 6 tahun lalu.

“Eoh? KyuHyun!” seru JiRa masih dengan senyum di wajahnya.

“Kau mengenalnya?” Tanya pria bertuxedo di sebelahnya.

“Tentu saja, ia sahabatku.” Jawab JiRa yang membuat KyuHyun seperti di tusuk dengan pedang.

“Shin JiRa,” panggil KyuHyun lemah “ayo kita bicara.” KyuHyun menarik JiRa sampai kebelakang gereja itu. “Congratulations for your wedding.”

“Thanks. I thought you’ll only come to the party later.”

“Pa.. party?” JiRa mengangguk semangat.

“I’ve sent you the invitation since last week.” Ucap JiRa meyakinkan. “You didn’t receive it?”

“No, I didn’t.” lalu mereka terdiam. “So.. he is…”

“My husband now.”

“No, I mean, who is he?”

“Ah… He is Aiden Lee, Korean. Aku sekertarisnya sejak 6 tahun lalu. Nama koreanya DongHae, Lee DongHae. Ia lahir pada musim gugur, dan ia seorang yang hangat walau dari luar ia terlihat dingin.” JiRa tersenyum KyuHyun mengerti maksudnya. Itu sebuah kode, yang berarti KyuHyun adalah seorang yang dingin, karena lahir pada bulan Febuari.

“Ah, baguslah kalau begitu. Selamat sekali lagi.” JiRa tersenyum dan melangkah pergi. Namun KyuHyun menahannya, ia memeluk pinggang JiRa seolah itu bukan masalah bagi siapapun.

“Saranghae.” Isaknya “Saranghandagu. Saranghae Shin JiRa” KyuHyun menangis di pundak JiRa. JiRa melepas tangan KyuHyun dan berbalik menghadapnya.

“Marcus,” ia mulai menangis “I always miss our time together, but this is 25 minutes too late. Walau kau sudah menempuh perjalanan jauh dari Korea sampai di sini, sorry, you’re 25 minutes too late.” Bisik JiRa. “Aku masih menunggumu, aku masih menunggumu sampai 25 menit lalu, sebelum aku menjadi istri Lee DongHae. Aku terus menunggumu, aku bahkan menghubungimu. Aku mengirimu BBM, aku juga menelfonmu beratus kali, aku mengirim ribuan mention serta DM padamu, aku bahkan mengirim e-mail, namun tidak satupun kau balas. Aku terus melakukan hal itu seperti orang gila, aku terus melakukannya sampai 4 tahun lalu. 4 tahun lalu, aku mulai menyadari keberadaan DongHae, ia telah mengambil posisimu. Posisi yang sama seperti posisimu saat kita sekolah dulu. Dia yang selalu membantuku, memperhatikanku, kurang lebih 2 bulan kemudian, kami mulai berpacaran. Dan ia melamarku natal tahun lalu. Daddy juga menyukainya, kata daddy, ia orang yang bekerja keras. Berkat bantuannya, perusahaan kami cepat berkembang. Kau ingat, saat aku bilang aku mulai bekerja di kantor daddy? Pada saat itu perusahaan kami sedang mengerjakan sebuah projek. Pada projek itu, perusahaan kami mengalami kemajuan. Dan karena projek itu juga perusahaan appamu hampir bangkrut.” Ucapan JiRa membuat KyuHyun cukup terkejut.

“Pada hari itu juga aku bercerita padamu bahwa aku telah mengubah mimpiku menjadi seorang sekertaris. Kau tahu kenapa? Karena aku tahu suatu hari kau akan menggantikan appamu menjadi CEO dan aku ingin aku yang menjadi sekertarismu. Saat aku bekerja terlalu keras, DongHae oppa selalu bertanya mengapa aku melakukannya. Kau tahu apa jawabanku? Seperti orang bodoh aku selalu menjawab ‘karena aku ingin menjadi sekertaris seseorang yang special bagiku.’ Tanpa kusadari, kalimat itu menyakiti DongHae oppa. Namun sekarang, itu tidak akan menyakitinya lagi, karena ialah orang special itu sekarang.” JiRa menarik nafas panjang setelah mengatakkan itu, sedang KyuHyun hanya terjatuh dalam lubang penyesalan yang sangat dalam.

“Dan kau ingat?” lanjut JiRa “pada graduation party kita 6 tahun lalu, pada awalnya aku memutuskan untuk mengatakkan perasaanku padamu. Namun yang kudapati kau sedang terburu-buru hendak pulang ke Korea. Aku terlalu terkejut untuk mengingat apa tujuan aku datang sebenarnya. Kau sudah terlambat Marcus, bukan hanya 25 menit, namun 6 tahun. Kau terlambat 6 tahun, kalau saja kau memberiku waktu saat itu, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku mengetahui semuanya, memang kau pulang karena keadaan darurat, namun 9 bulan kemudian perusahaanmu sudah kembali stabil. Seharusnya kau kembali saat itu. Lalu appamu meninggal 3 tahun lalu, dan perusahaanmu terlalu terkejut sehingga membutuhkan waktu bagi kalian untuk bangkit, namun dalam waktu 4 bulan, semua sudah kembali normal. Kau juga seharusnya kembali saat itu. Aku tahu sekarang kau sudah menjadi CEO muda di korea, aku tahu AhRa eonni bekerja menjadi psikolog, aku juga tahu eommamu baru masuk rumah sakit dan sedang dirawat disana karena terlalu stress. Namun apa yang kau ketahui mengenaiku? Kau bahkan tidak melihat undangan pernikahanku. Aku tidak membutuhkanmu sebagai orang yang menikah bersamaku hari ini, aku juga tidak membutuhkanmu sebagai kekasihku, namun tolong, tetaplah menjadi sahabatku, seperti 12 tahun lalu. Hanya kita bersama Andrew, hanya itu yang kuinginkan. Apa itu sulit?” KyuHyun kehabisan kata-kata, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan atau reaksi apa yang harus ia berikan. Ia datang kesini untuk menyatakkan perasaanya pada JiRa yang ternyata telah menunggunya.

“But thanks, kau sudah menepati janjimu. Pada ulang tahunku 6 tahun lalu, appa mengucapkan selamat padaku. Sampai sekarang. Namun kau tetap terlalu terlambat Marcus, tidak bisakah kau mengerti itu?” ucap JiRa seraya menghapus kasar air matanya yang terus mengalir. “You’re too late, and there’s no such thing as time machine. You’re too late, too late. Why can’t you get it?!” Sekali lagi KyuHyun mengerti maksud JiRa. Ia sedang merutukki dirinya sendiri yang belum bisa menerima kenyataannya. Ia marah pada dirinya sendiri, mengapa ia tidak menunggu KyuHyun lebih lama lagi. Ia menyesalinya, namun semua sudah terlambat.

“Shin JiRa…”

“Aku bukan Shin JiRa lagi Marcus, bukan Shella Shin yang kau kenal dulu juga. Hadapi kenyataan ini.” KyuHyun mengerti. JiRa sudah menikah sekarang, dengan Lee DongHae. Lelaki itu sudah merubah status JiRa dari Miss Shin menjadi Mrs. Lee.

“JiRa-ah.” Panggil suara lembut itu, suara yang membuat JiRa menghapus semua air matanya dengan cepat dan menghentikan tangisannya.

“Ne oppa?” JiRa berbalik.

“Kita, harus siap-siap sekarang. Kita harus berangkat ke gedung pesta sekarang.”

“Pesta? Pesta a…” JiRa teringat, ia tidak seharusnya seperti ini. “Baiklah. Sampai bertemu denganmu Mr. Cho, di pesta kami nanti.” JiRa mengamit tangan DongHae.

“Aku benar-benar mengharapkan kedatanganmu.” Ucap DongHae pelan, lalu berjalan menuju mobil mereka. KyuHyun terjatuh, menyesali semuanya, semua yang terjadi padanya. ‘Ia bisa saja… Aku bisa saja…’ kalimat-kalimat seperti itu berputar di kepalanya, namun sekarang, semua sudah terlambat, terlalu jauh terlambat.

End~

10 thoughts on “Too Late

  1. Nyesek bacanya kyu amat sangat terlambat padahal Jira sudah menunggu terlalu lama mungkin mereka memang tak berjodoh. Karena jodoh rejeki dan umur sudah ada takdir nya. Tapi beneran bikin galau plus gregetan ceritanya.

    Like

  2. yah.. he is too much late… btw ni author seneng banget bikin ff sad ending y?emang baru 2 “judul” yg q baca & kebetulan semuanya sad ending buat kyu,jadi curiga? jangan2 bukan sparkyu tapi malah haters,si kyu dibikin galau mulu. just kidding,ha….

    Like

    • Hi 규! yeah it’s really sad, i see that you’re foreigner, so you don’t understand Indonesian. I’ll make the English version for every ff here, so wait for it.. ^^

      Like

Leave a comment