Bittersweet (Part 10)

BitterSweet6

Previous Part: Part 9

*Part 10*

Sepasang murid SMA yang masih mengenakan seragam mereka melangkah memasuki sebuah gedung apartemen besar dan berhenti di depan pintu bertuliskan angka 238. Sang murid laki-laki membunyikan bel apartemen itu dan segera mendapat balasan dari dalam memintanya menunggu sebentar. 

“Nuguseyo?”  Teriak sang pemilik apartemen dari dalam.

“Na-ya.” Ucap sang murid laki-laki.

“SungMin oppa?” Seru pemilik apartemen itu terkejut setelah membuka pintu, “Apa yang kau lakukan di sini? Ini sudah cukup larut.”

“SoHyun-ah,” panggil murid laki-laki itu, “bolehkah aku meminta tolong padamu?”

“Mwo?”  Kerutan mulai terlukis di dahi gadis itu.
“Bolehkah temanku menginap di rumah mu? Ia benar-benar tidak bisa pulang ke rumahnya sekarang.” Jelas SungMin.

“Temanmu? Siapa? Jangan bilang kalau itu ChanYeol oppa.” Ketakutan tergambar di wajah gadis itu.

“Bukan, ia seorang perempuan. Ia juga seumuran denganmu.” Jelas SungMin sekali lagi seraya menarik gadis yang berjalan bersamanya tadi dari belakangnya.

“Eoh?” Seru SoHyun, “Mwoya? Apa yang oppa lakukan padanya? Jangan-jangan oppa…”

“Mwo?!” Tantang SungMin seraya mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

“Menghamilinya?” Bisik SoHyun.

“MWOYA?!” teriak SungMin, “APA AKU TERLIHAT SEPERTI ORANG YANG AKAN MENGHAMILI ANAK ORANG BEGITU SAJA?!”

“Mwo… mungkin?” SoHyun mengedikan bahunya.

“Woah, jinjja. Kwon SoHyun, aku tidak pernah tahu kau memiliki jalan pikir seperti itu. Sudah lupakan, dan berikan saja ia tumpangan di rumahmu.”

“Selama berapa lama?” Tanya SoHyun.

“Tidak lama, akan kuusahakan seperti itu.” Balas SungMin.

“Siapa namamu?” Tanya SoHyun pada gadis yang masih menundukan kepalanya dalam sejak ia sampai.

“JungAh, Lee JungAh.” Sahut gadis itu pelan.

“Senang bertemu denganmu.” Ucap SoHyun, “Semoga kita bisa berteman baik” SoHyun mengulurkan tangannya.

“Ne.” JungAh menjabat tangan SoHyun dengan senyum kecil diwajahnya.

<<>>

JungAh’s POV

Aku melangkahkan kakiku ke dalam restoran makanan cina ini dengan ragu. Dress biru laut yang diberikan oleh KyuHyun oppa ini memang bagus, namun aku agak risih mengenakannya dikarenakan ujung rok ini tidak sampai menutupi lututku juga karena dress ini tidak memiliki lengan.

“JungAh-ya,” panggil AhRa eonnie, “di mana KyuHyun?”

“Eoh? Tadi oppa bilang ia akan datang terlebih dahulu, apa ia belum sampai?” aku mengerutkan dahiku namun AhRa eonnie membalas pertanyaanku itu dengan gelengan.

“Ya, walau begitu ayo kita masuk terlebih dahulu. Pun nanti KyuHyun akan datang juga.” Ajak AhRa eonnie.

“Ne, eonnie.” Aku menyahut dan ikut melangkahkan kakiku.

Kami melangkahkan kaki kami ke sebuah meja dekat dengan jendela di ujung ruangan.

“Anyeonghaseyo.” Sapaku saat sampai di meja tersebut dan menemukan tuan dan nyonya Cho di sana.

“Geurae, duduklah.” Sahut Nyonya Cho ramah, aku hanya tersenyum dan duduk di sebuah kursi di depan AhRa eonnie.

“Jadi namamu JungAh?” Tanya Tuan Cho.

“Ne, nama saya JungAh. Lee JungAh.” Jawabku sopan.

“Apa pekerjaanmu?” Tanya Tuan Cho sekali lagi.

“Saya memiliki sebuah café yang berada di lobby perusahaan yang dipimpin oleh KyuHyun oppa.”

“Bagaimana dengan orang tuamu?” pertanyaan itu membuatku tersentak.

“Ani… saya tidak memiliki waktu untuk mengenal orang tua saya.” Jawabku dengan kepala tertunduk.

“Ah, mianhae,” ucap Tuan Cho, “apa penyebab mereka meninggal?” aku tersedak air yang kuminum.

“Eoh? Minum lagi JungAh-ya, pelan-pelan saja.” Ucap Nyonya Cho khawatir yang kubalas dengan anggukan.

“Orang tuaku,” ucapku, “mereka belum meninggal.”

“Apa maksudmu? Tadi kau bilang kau tidak memiliki waktu untuk mengenal mereka. Lalu dengan siapa kau tinggal selama ini?” tuntut Tuan Cho.

Aku sendiri bingung bagaimana menjawab semua pertanyaan itu. Aku sudah sangat takut mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti itu karena aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku takut jika aku berbohong, mereka akan membenciku saat mereka mengetahui yang sesungguhnya. Namun aku juga tidak memiliki kepercayaan diri untuk memberitahu mereka yang sesungguhnya, karena aku takut mereka tidak mau menerimaku.

“Itu…”

“Ah, maaf aku terlambat. Tadi ada sedikit masalah dengan beberapa hal dikantor.” Tiba-tiba saja KyuHyun oppa datang dan duduk sebelah kiriku, “Apa kalian sudah menunggu lama?”

“Aniya, gwaenchana KyuHyun-ah.” Ucap Nyonya Cho dengan senyum yang dibalas dengan anggukan oleh KyuHyun oppa.

“Apa kalian sudah memesan makanan? Aku sudah sangat lapar.” Belum sempat siapapun menjawab pertanyaan KyuHyun oppa, ia kembali membuka mulutnya itu, “Ah itu dia.”

Seorang waitress datang dan menaruh makanan yang telah dipesan sebelumnya ke atas meja kami.

“Bagaimana jika kita membicarakannya seraya makan saja? Aku sudah sangat lapar.” KyuHyun oppa memasang ekspresi memelasnya. Sekali lagi tanpa mengunggu jawaban dari siapapun KyuHyun oppa mulai mengambil beberapa jenis lauk dan menaruhnya ke atas nasinya.

“Makanlah yang banyak.” Ucapnya padaku seraya menaruh beberapa potong daging sapi panggang ke atas nasiku, “Jalmogolgeseumnida!” ucapnya sekali lagi dan mulai menyuapkan beberapa sendok nasi sekaligus ke dalam mulutnya.

“Jadi apa yang ingin aboji bicarakan pada kami?” Tanya KyuHyun oppa dengan mulut penuh.

“Apa kau sungguh-sungguh ingin menjalin hubungan dengan gadis ini?” Tanya tuan Cho setelah menghela nafas sebelumnya.

“Tentu saja!” sahut KyuHyun oppa yakin.

“Apa kau yakin ia yang terbaik untukmu?” Tanya Tuan Cho sekali lagi.

“Ne, bahkan kukira ia terlalu baik untukku.” Jawab KyuHyun oppa seraya memasukan sepotong daging ke dalam mulutnya.

“Apa kau yakin?” tuan Cho menaikan satu alisnya.

“Ne, sangat yakin. Waeyo?” KyuHyun oppa kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

“Ah…” ucapnya saat mulutnya telah kosong dan menaruh sumpitnya ke atas meja, “Aku tahu kenapa aboji bertanya seperti itu.” KyuHyun oppa mengalihkan matanya dan menatap tuan Cho.

“Karena JungAh bukanlah putri dari orang penting atau petinggi negara juga bukan putri dari seorang pemilik perusahaan.” Ucap KyuHyun oppa tajam, “Karena hubunganku dengan JungAh tidak memberikan keuntungan apapun bagi aboji. Benar begitu aboji?”

“Aniya.” Sahut Tuan Cho dingin.

“Ani?” sinis KyuHyun oppa seraya tertawa hambar, “Aboji, semuanya telah tergambar jelas di wajah aboji, mengapa berbohong? Bahkan saat aku melihat wajah aboji tadi pagi aku berpikir, ‘mungkinkah yang ingin aboji bicarakan adalah hal itu?’ namun aku membuang pikiran itu jauh-jauh. Tapi ternyata perkiraanku benar adanya.”

“Aboji yang menyuruhku untuk melupakan Park MiYeon dan mulai hidup seperti orang normal,” lanjut KyuHyun oppa setelah menghentikan tawanya, “sekarang aku sudah melupakannya dan hidup seperti orang normal, namun aboji meminta lebih sekarang? Anieyo, lupakan saja. Apapun permintaan konyol aboji, aku tidak akan memenuhinya.”

“Yeoja ini,” KyuHyun oppa mengamit tanganku dan mengangkatnya, “ia adalah alasan kenapa aku bisa hidup normal sekarang. Aboji bisa tanyakan pada noona, sudah berapa lama aku hidup normal tanpa terus menyiksa diriku tanpa terus mencoba bunuh diri.” KyuHyun oppa menurunkan nada bicaranya di akhir kalimat.

“Namun sekarang aboji ingin aku mencari yeoja lain yang sesuai dengan kategori aboji?” KyuHyun oppa mendecih pelan, “Lupakan itu aboji, lebih baik aku mati kalau begitu.”

“Cho KyuHyun!” bentak tuan Cho.

“Waeyo?” tantang KyuHyun oppa, “Aboji tidak pernah sekalipun senang dengan keputusanku menyangkut apapun itu. Mungkin aku membiarkan aboji mengatur hidupku di beberapa hal, namun untuk yang satu ini, jweisonghaeyo, aku tidak dapat membiarkan aboji mengaturnya. Biar nanti aku menyesal, biar nanti aku menderita, itu adalah konsekuensi yang harus kuambil. Namun setidaknya ada rasa manis dibalik pahitnya konsekuensi yang harus kuhadapi itu.”

“Jika tidak ada yang ingin aboji sampaikan lagi aku pamit.” KyuHyun oppa bangkit berdiri seraya menarikku untuk ikut berdiri dengannya.

“Tunggu!” perintah Tuan Cho membuat KyuHyun oppa menghentikan pergerakkannya, “Duduk!”

“Aku sudah tahu apa ya…”

“Kubilang duduk!” Tuan Cho menaikan nada bicaranya. Aku menarik tangan KyuHyun oppa pelan, memberitahunya untuk duduk saja.

“Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu kali ini.” Ucap tuan Cho sesaat setelah kami kembali duduk, “Namun dengan satu syarat.”

“Syarat lagi?” sinis KyuHyun oppa.

“Geurae, kau kira kau bisa mendapatkan sesuatu tanpa imbalan?” balas Tuan Cho tak kalah sinis, “Kau tahu Choi Corporation juga S&M Co. bukan?” aku tersentak dengan pertanyaan Tuan Cho. S&M Co. merupakan perusahaan milik keluarga SungMin oppa.

“Lihat, nampaknya JungAh juga mengenali kedua perusahaan itu.” Tuan Cho tersenyum penuh kemenangan, “Mereka berada di nomor satu dan dua, sedangkan perusahaan kita ada di nomor tiga. Jika kau ingin mendapatkan restu dariku, lampaui nilai saham kedua perusahaan itu dan buat SS Enterprise berada di nomor satu.”

“Bagaimana? Apa kau setuju?” Tanya Tuan Cho setelah beberapa saat membiarkan KyuHyun oppa berpikir. Bimbang, itulah yang tergambar di wajah KyuHyun oppa.

***

“Oppa.” Panggiku pada KyuHyun oppa yang sedang focus menyetir namun tidak mendapatkan jawaban, “Oppa.” Panggilku sekali lagi seraya mengamit tangannya yang berada di tongkat persneling.

“Eoh? Eoh JungAh-ya.” Sahutnya agak terkejut.

“Oppa gwaenchana?” tanyaku.

“Eung, gwaenchanjji.” Jawabnya dengan senyum di akhir kalimat.

“Jinjja?” tanyaku memastikan.

“Eung, tentu saja.” Ia sedikit mengacak rambutku, “Wae? Apa ada pertanyaan aboji yang mengganggumu tadi?”

“Aniya.” Bohongku, “Oppa.” Seklai lagi aku memanggilnya.

“Eung?” sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depan.

“Apa oppa yakin dengan keputusan oppa tadi?” aku menatapnya serius.

“Tentu saja,” sahutnya yakin, “wae? Apa kau tidak yakin aku akan bisa melakukan permintaan aboji?”

“Aniya.” Aku menggelengkan kepalaku cepat.

“Lalu?” ia menatapku sebentar sebelum kembali focus pada jalanan.

“Aku hanya takut oppa terlalu memaksakan diri oppa.” Jawabku dengan kepala tertunduk.

“Gwaenchana, jangan khawatir. Aku sudah cukup terlatih dalam hal ini.” Ia menunjukan senyum hangatnya sekali lagi yang juga kubalas.

“Eoh? Ada apa yang terjadi?” KyuHyun oppa mengerutkan dahinya setelah melihat keramaian di sekitar rumahku. Mobil polisi bahkan ikut terparkir di samping rumahku.

“JungAh-ya!” panggil KyuHyun oppa saat aku segera melompat turun dari mobilnya yang bahkan belum berhenti sempurna. Aku menerobos kerumunan orang yang berkumpul di sekitar rumahku dengan setengah berlari.

“Anyeonghaseyo,” sapaku pada salah satu polisi yang berdiri di sana, “Ada masalah apa yang terjadi?”

“Lee JungAh-ssi?” tanyanya.

“Ne, itu saya.” Jawabku agak sedikit takut.

“Saya Detektif Kang,” ia menunjukan lencananya, “Saya di sini bertugas untuk menangkap paman anda Lee Sangjin.” Kali ini ia menunjukan surat perintahnya.

“Ne? Tapi kenapa?” tanyaku bingung.

“Beliau terbukti melakukan tindak pencurian dan mengancam pemilik rumah serta melukainya secara fisik.” Jelas sang detektif, “Saya mohon kerjasamanya.”

“Ne.” sahutku pelan.

“Bisakah Anda membuka pintunya?” Tanya sang detektif, “Jika tidak kami terpaksa merusak pintunya.”

“Ah, ne.” sahutku seraya mulai membongkar tasku untuk mencari kunci rumahku, “Ini.” Aku memberikan kunci rumahku pada sang detektif.

“Ada apa?” Tanya KyuHyun oppa.

“Pamanku harus ditangkap oleh polisi karena tindak kriminalnya.” Sahutku pelan.

“Geurae?” Tanya KyuHyun oppa tidak yakin, “Lebih baik kita masuk saja.” Sarannya.

Walau tidak terdengar terlalu jelas, namun aku tahu bahwa para tetangga yang tengah berkumpul itu sedang membicarakanku dan pamanku. Menjelek-jelekan kami dan menceritakan bahwa kami pernah melakukan hal jahat yang bahkan tidak pernah terpikir olehku. Karena itu KyuHyun oppa mengajakku untuk masuk, setidaknya dengan begitu aku tidak dapat mendengar komentar negative yang para tetanggaku katakan.

“JungAh-sii?” panggil salah seorang polisi, “Bisakah kau membuka pintu kamar itu?” tanyanya seraya menunjuk pintu kamar paman.

“Ne.” aku mengambil kunciku dan membuka kunci pintu kamar paman kemudian mundur beberapa langkah untuk membiarkan para polisi masuk.

Beberapa orang polisi mulai berdiri di samping pintu kamar paman, bersiap untuk mendobrak masuk.

“Diam di tempat! Jangan bergerak!” teriak seorang polisi yang masuk terlebih dahulu. KyuHyun oppa menarikku untuk mundur lebih jauh dan merangkulku seraya mengusap pundakku, berusaha menenangkanku.

“Pelaku tidak ada di dalam!” teriak polisi yang tadi masuk, “Namun aku menemukan jendela kamarnya terbuka!” Nafasku memburu mendengar hal itu. Walau aku selalu mengharapkan hal ini terjadi, namun sekarang aku berharap semua ini hanya mimpi.

“DIA ADA DI SINI!” teriak seseorang dari luar, “Aku sudah menangkapnya!”

“Arraseo!” balas Detektif Kang, “Terima kasih atas bantuannya JungAh-ssi. Saya harap anda bisa membantu memberikan beberapa keterangan.”

“Jweisonghande,” ucap KyuHyun oppa, “namun JungAh tidak tahu menahu tentang masalah ini. Mungkin Anda bisa meminta kesaksian dari korban saja.”

“Ah, ne.” sahut detektif Kang, “Kalau begitu saya pamit.”

“Ne.” sahut KyuHyun oppa seraya membalas hormat sang detektif.

“Pamanku,” ucapku pelan setelah semua orang keluar dari rumahku, “ia mungkin memang terkadang suka berpikir pendek dan bertindak sewenang-wenang, namun ia tidak mungkin mencuri.”

“Arra.” KyuHyun oppa memelukku untuk meredam suara tangisku, “Aku akan mencari tahu apa yang terjadi sesungguhnya.” Tambahnya.

***

Author’s POV

Sudah satu bulan lebih sejak penangkapan paman JungAh. Keduanya tetap saling menjalin hubungan, namun keduanya seperti menjauh. JungAh yang menjadi semakin pendiam dan murung sejak tertangkap dan terbuktinya bahwa pamannya bersalah, serta KyuHyun yang semakin sibuk setelah menerima syarat yang diberikan oleh ayahnya saat mereka berbincang di restoran Cina. Walau perlahan, nilai saham SS Enterprise semakin meningkat menyusul S&M Co. yang berada di peringkat kedua.

“Ini berkas yang kau minta.” JungSoo, sekertaris KyuHyun, menaruh sebuah map berwarna merah ke atas meja kerja KyuHyun.

Ini merupakan hari ketiga sejak terakhir kali KyuHyun pulang ke apartemennya. Bahkan dasi yang ia kenakan sudah tidak terpasang dengan benar juga kemejanya yang telah ia gulung lenganya terlihat lecak. Wajahnya yang mengusampun menambah kesan seolah ia bukanlah seorang CEO perusahaan ternama, namun seorang pegawai yang baru saja diPHK.

“Arraseo hyung, gomawo.” Sahut KyuHyun tanpa mengalihkan fokusnya pada kertas yang tengah berada di tangannya.

“KyuHyun-ah,” panggil JungSoo yang membuat KyuHyun menghentikan pergerakannya.

“Wae?” Tanya KyuHyun seraya menaruh map merah tadi ke depannya.

“Apa kau tidak terlalu memaksakan dirimu?” Tanya JungSoo.

“Aniya, aku sudah biasa bekerja seperti ini.” Sahut KyuHyun santai kemudian melanjutkan kegiatannya.

“Bagaimana dengan keadaan JungAh?” pertanyaan JungSoo kembali membuat KyuHyun menghentikan pergerakannya, “KiJun memberi laporan kepadaku bahwa JungAh semakin murung sejak tertangkapnya Lee JinSang.”

KyuHyun menghela nafas berat kemudian mengusap wajahnya kasar.

“Kau bilang kau mau mengunjungi Lee JinSang, kapan kau akan mengunjunginya?” Tanya JungSoo sekali lagi.

“Apa jadwalku kosong sore ini?” KyuHyun memijat pelipisnya pelan.

“Iya, kau tidak ada acara apapun sore ini.” Jawab JungSoo.

“Bagaimana dengan makan malam dengan Direktur HC Departement Store?” Tanya KyuHyun.

“Makan malam dengan Direktur Kim akan dilaksanakan besok.” Ucap JungSoo setelah mengecek jadwal KyuHyun dari handphonenya.

“Arraseo.” KyuHyun bangkit dari kursinya dan mulai merapihkan penampilannya, “Tidak ada salahnya untuk melakukan patroli sebentar bukan?” KyuHyun kembali mengenakan jasnya dan mulai melangkah keluar ruangannya.

***

Author’s POV

“KiJun-ah, HaeMin-ssi memesan Iced Chocolate Mocca juga Beef sandwich, sedangkan Caramel Cappucinonya milik HyeNa-ssi. Tolong kau antarkan ya.” JungAh memberikan sebuah nampan berisi pesanan kedua resepsionis perusahaan ini kepada KiJun.

“Ne, noona.” Ucap KiJun seraya menerima nampan yang JungAh berikan setelah mengelap tangannya pada selembar kain.

Seorang pria berjas dengan dasi berwarna abu-abu dan sapu tangan senada yang diletakan di kantong jasnya berjalan dengan cepat menuju counter pemesanan café JungAh.

“Satu Chocolate Frappe.” Ucap sang pria seraya mengeluarkan dompetnya.

“Apa ada lagi?” Tanya JungAh sopan yang ditolak perlahan oleh sang pria, “Semuanya jadi 5000 Won.”

“Ini.” Pria berjas itu memberikan JungAh uangnya.

“Mohon tunggu sebentar.” Jawab JungAh seraya memberikan uang kembalian pria itu.

“Tunggu sebentar,” ucap pria itu yang membuat JungAh menghentikan langkahnya, “Lee JungAh?” dahi pria itu berkerut.

“Lee SungJin?” bisik JungAh yang tidak dapat didengar pria berdasi abu-abu itu.

“Hya! Kau benar Lee JungAh!” seru pria itu senang, “Ini aku Lee SungJin! Adik SungMin hy…” pria itu menghentikan kalimatnya ditengah jalan.

“Maaf, Anda salah mengenali orang.” Sahut JungAh dingin dan mulai membuat pesanan SungJin.

“JungAh-ya, mianhae.” Ucap SungJin, “Aku tidak bermaksud untuk mengganggumu.”

“JungAh-ya, apa kau benar-benar akan berpura-pura tidak mengenalku?” Tanya SungJin karena ia tidak menerima reaksi apapun dari JungAh sebelumnya.

“Ini pesananmu tuan.” Ucap JungAh sopan seraya memberikan pesanan SungJin.

“JungAh-ya, apa yang dilakukan hyungku sama sekali tidak ada hubungannya denganku, namun kenapa kau juga marah padaku?” Tanya pria bermarga Lee itu sekali lagi.

“Nuguseyo?” Tanya KiJun bingung. Ia baru kembali dari tugas mengantarkan pesanannya dan menemukan bossnya tampak tidak nyaman dengan pelanggan yang tengah berdiri di depan counter pemesanan.

“Nuguya noona?” Tanya KiJun pada JungAh karena ia tidak kunjung mendapat jawaban dari pria yang tidak dikenalnya itu.

“Aku tidak mengenalnya.” Jawab JungAh dingin, “Tolong usir dia, jangan sampai ia mengganggu kenyamanan pelanggan lainnya.” Lanjut JungAh kemudian berlalu ke ruang ganti.

“Kau bahkan masih menyimpan lukisan yang SungMin hyung berikan JungAh-ya!” seru SungJin sebelum JungAh menutup pintu.

“Silahkan pergi.” Usir KiJun dengan halus yang segera dituruti oleh SungJin.

SungJin terus berpikir seraya berjalan. Pada akhirnya ia putuskan untuk mengambil handphonenya dari dalam tas, namun tanpa diduga ia menabrak seseorang yang menyebankan handphonenya terjatuh.

“Jweisonghamnida.” Ucap SungJin seraya mengambil handphonenya kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

“Lee SungJin-ssi.” Panggil sebuah suara berat, SungJin membalikan tubuhnya sebagai tindakan reflex.

“Apa yang wakil direktur S&M Co. lakukan di gedung SS Enterprise saat ia bahkan tidak memiliki jadwal untuk bertemu dengan sang CEO?” Tanya KyuHyun, pria yang tadi bertabrakan dengan SungJin seraya membalikan tubuhnya dengan tangan terlipat di depan dada.

“Cho KyuHyun-ssi,” sapa SungJin dengan senyum, “kurasa apa yang dilakukan oleh wakil direktur S&M Co. sama sekali bukan urusan CEO dari SS Enterprise bukan?”

“Itu menjadi masalahku,” KyuHyun mengambil satu langkah mendekati SungJin, “jika kau melakukannya di gedung perusahaanku.”

“Apa kau sedang memata-matai SungJin-ssi?” Tanya KyuHyun sinis.

“Cish.” Decih SungJjin, “Memata-matai hanya untuk perusahaan kecil dan lemah KyuHyun-ssi.”

“Itu maksudku.” Ucap KyuHyun dengan senyum licik seraya kembali mengambil satu langkah mendekati SungJin, “Memata-matai hanya untuk perusahaan kecil dan lemah seperti S&M Co. kurasa.”

“Walau kecil dan lemah, S&M Co tetap berada di angka nomor dua nilai saham KyuHyun-ssi.” SungJin mengambil satu langkah mendekati KyuHyun dengan senyum kemenangan terpatri di bibirnya.

“Mari kita lihat sampai kapan S&M Co. dapat bertahan di nomor dua SungJin-ssi.” Senyum itu hilang dari bibir SungJin yang membuat KyuHyun tersenyum puas.

“Jika kau sudah selesai dengan urusanmu maka kau bisa pergi SungJin-ssi.” KyuHyun mengambil langkah mundur dua langkah, “Kurasa tadi kau perlu membuat panggilan telfon yang amat penting kurasa. Panggil aku jika kau membutuhkan bantuan.” Lanjut KyuHyun kemudian melangkah pergi menuju ruang ganti café milik JungAh.

“Bahkan semuanya menjadi semakin menarik KyuHyun-ssi.” Gumam SungJin seraya membuat panggilan telfon.

Calling…
SungMin Hyung

Itulah yang tertera di layar handphone pintarnya sekarang.

***

Author’s POV

KyuHyun melihat semuanya, ia melihat ketakutan juga kesedihan tergambar di wajah JungAh saat ia menyadari pria yang berada di depannya adalah Lee SungJin, adik dari mantan kekasihnya juga mantan teman terbaiknya. Maka KyuHyun putuskan bahwa menemui JungAh adalah hal terbaik untuk sekarang ini, terlebih keduanya sudah jarang bertemu.

“JungAh-ya.” KyuHyun berjongkok dihadapan JungAh yang tengah duduk seraya memeluk kedua lututnya dengan mata sembab. Tanpa banyak kata KyuHyun segera memutuskan untuk membawa JungAh ke dalam dekapannya.

“Oppa.” Tangis JungAh pecah semakin keras beberapa kali nafasnya tersendat karena isakannya.

“Gwaenchana, ia sudah pergi.” Pria itu mengelus lembut surai panjang JungAh, berusaha menenangkannya, “Ia sudah pergi.” Ulangnya dengan suara lebih rendah.

“Hey, tebak apa,” KyuHyun melepaskan pelukannya dan menangkup wajah JungAh dengan tangannya, “sebentar lagi aku akan berangkat mengunjungi pamanmu. Aku akan berusaha mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi dan aku akan berusaha mengurangi hukumannya menghapuskannya jika mungkin. Bagaimana?” KyuHyun menaikan kedua alisnya, menunggu jawaban dari JungAh.

“Eung.” Gumaman singkat, hanya itu yang keluar dari bibir merah muda itu.

“Kau mau ikut?” kali ini hanya gelengan pelan yang ia dapat, “Baiklah. Aku pergi dulu.” Pamit KyuHyun seraya mencium kening JungAh lembut.

***

KyuHyun’s POV

Penjara, tempat yang jujur tidak pernah ingin kudatangi atau sekedar lewat di depannya, namun semuanya berubah entah karena apa. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar sebelum masuk karena aku cukup yakin udara di luar sini berbeda dengan udara di dalam sana.

“Atas nama Lee SangJin.” Ucapku pada polisi yang berjaga di depan.

“Mohon ikuti saya.” Sahut sang polisi dingin yang kuturuti tanpa banyak bertanya.

Kami berjalan ke sayap kiri gedung berdinding abu-abu ini. Suasana, udara, bahkan dindingnya terasa amat suram di dalam sini, dan itu sangat mengganggu kenyamananku. Namun aku memiliki alasan untuk tidak berbalik dan pergi dengan kecepatan penuh dari tempat ini. Ada banyak hal yang mengganggu pikiranku tentang Lee SangJin juga hubungannya dengan JungAh. Alasan mengapa ia membenci JungAh begitu banyak, mengapa ia melakukan tindak pencurian yang JungAh yakini tidak pernah terjadi, dan banyak lagi.

“Harap tunggu sebentar.” Ucap sang polisi sekali lagi setelah membuka pintu menuju sebuah ruangan dengan sebuah kursi yang dibatasi dengan kaca untuk melihat tawanan yang hendak dikunjungi.

Tak lama pintu di seberang ruangan terbuka, menampakan seorang pria dengan rambut separuh putih juga kerut yang menghiasi wajahnya serta kantung mata berwarna keunguan di bawah matanya bersama dengan seorang polisi lain. Pria paruh baya itu dipersilahkan duduk di hadapanku. Tatapan pria itu agak mengabur, tidak ada fokus yang jelas di matanya. Seakan raganya berada di sini namun tidak dengan jiwanya.

“Tuan Lee,” pria itu mulai mengangkat wajahnya dan menatapku, “perkenalkan, nama saya Cho KyuHyun.”

“Arrayo.” Ucapnya pelan dan rendah, “Aku tahu siapa dirimu, apa pekerjaanmu dan hubunganmu dengan JungAh.” Aku agak terkejut mendengar kalimat pertamanya namun tidak berniat bertanya bagaimana ia bisa mengetahui semua itu.

“Tapi,” lanjutnya, “aku tidak tahu apa yang membuatmu datang ke sini Cho Sajang.” Ucapnya formal.

“Ani, tidak perlu berkata terlalu formal dengan saya, anda bisa memanggil saya KyuHyun Tuan Lee.” Jelasku canggung, tentu terasa canggung saat paman kekasihmu memanggilmu dengan tambahan jabatanmu.

“Anieyo.” Tolaknya halus yang membuatku berpikir mengapa ia bersikap kasar pada JungAh selama ini, “Jadi apa tujuanmu ke mari?”

“Ah itu,” aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal, “Apa benar Anda melakukan tindakan yang Detektif Kang tuduhkan? Karena JungAh berkata Anda tidak akan pernah melakukan hal itu, dan ia tetap percaya dengan hal itu. Jadi, apa benar Anda melakukannya.”

“Ani.” Sahutnya pelan, amat pelan hampir seperti bisikan yang hanya bisa kudengar.

“Jika tidak lalu mengapa…”

“Karena aku cukup berdosa untuk mendekam di dalam sini. Karena inilah tempatku seharusnya.” Potongnya cepat yang membuatku semakin bingung.

“Cho Sajang,” panggilnya, “apa kau tulus mencintai JungAh?” tanyanya yang membuatku terkejut.

“Jika tidak,” lanjutnya, “tinggalkan ia sekarang. Jangan membuatnya merasakan sakit hati semakin dalam. Gadis malang itu tak berhak merasakan sakit hati seperti itu.”

“Geundae…”

“Arra, aku yang pertama kali menghancurkan hatinya.” Potongnya sekali lagi, “Cho Sajang, alasan aku berada di sini bukan karena aku telah mencuri, namun karena aku merasa aku pantas menerima hukuman ini atas apa yang telah aku lakukan terhadap JungAh.”

“Pencurian itu, hal itu dilakukan oleh salah satu teman berjudiku. Aku ingat jelas nama dan wajahnya, namun aku rasa aku lebih pantas dihukum dibandingkan dengannya.” Jelas Tuan Lee, “Ia memiliki seorang putra dan seorang cucu. Keduanya akan sangat menderita jika tahu dirinya menjadi tawanan.”

“Lalu apa Anda pikir JungAh tidak menderita dengan perginya Anda?” tanyaku kesal.

“Tentu saja tidak.” Jawabnya tenang, “Ia tidak akan menderita tanpaku di sekitarnya.”

“Anda tidak tahu betapa terpukulnya JungAh dihari penangkapan Anda?” aku menaikan nada bicaraku.

“Geurae?” Tuan Lee menundukan kepalanya, “Gadis bodoh, aku sudah melukainya begitu banyak, mengapa ia masih mengkhawatirkanku.” Gumamnya.

“Karena Anda satu-satunya keluarga yang ia miliki.” Sahutku, “JungAh telah menceritakan semuanya kepada saya tentang bagaimana hubungan kalian.” Aku menurunkan nada bicaraku.

“Apa yang ia ceritakan?” Tanya Tuan Lee penasaran.

“Bahwa Anda memukulnya saat ia memanggil Anda ‘appa’.”jelasku, kembali mengingat hari kami mencari furniture untuk cafénya, “Apa boleh saya bertanya mengapa?” tanyaku hati-hati.

“Karena aku tidak mau ia melupakan ayah kandungnya, karena saat itu aku masih memiliki harapan untuk menemukan ayah kandungnya.” Jawabnya tenang, “Sungguh aku tidak memiliki maksud melukainya, aku hanya ingin yang terbaik baginya.” Jelas Tuan Lee dengan mata berair.

“Bahkan semua perjudian itu,” Ia menarik nafas berat sebelum melanjutkan kalimatnya, “semua itu karena aku ingin yang terbaik baginya. Aku butuh cukup banyak uang untuk mendaftarkannya sekolah. Aku butuh lebih banyak uang dari yang bisa kuhasilkan dengan pekerjaanku. Aku hanya seorang tukang angkut di sebuah konstruksi gedung besar. Saat itu salah seorang temanku mengajakku untuk ikut berjudi dengannya. Aku tahu itu salah, namun pada akhirnya akupun jatuh ke dalam godaannya karena aku membutuhkan sangat banyak uang.”

“Awalnya mereka membiarkanku menang beberapa kali,” lanjutnya setelah menyeka air mata yang jatuh, “mereka melakukan itu untuk mengikatku. Lalu saat aku mulai kalah, aku tidak bisa terima begitu saja maka aku terus berjudi, bahkan hingga membuat JungAh bekerja di umurnya yang masih belia. Aku menjual akalku demi berjudi. Aku bahkan pernah mempertaruhkan JungAh karena kala itu aku mabuk.” Tangis Tuan Lee pecah, sedangkan aku, aku kehabisan kata-kata. Lidahku kelu, aku tidah tahu harus menjawab apa.

“Saat itu JungAh memiliki SungMin,” tambahnya, “aku tahu Lee SungMin, putra sulung pemilik S&M Co. sekaligus pewarisnya. Aku pikir Lee SungMin itu tulus dengan perasaannya, kupikir aku bisa mempercayai pria itu. Namun pria itu sama buruknya denganku. Ia meninggalkan JungAh begitu saja, tanpa penjelasan. Kau tidak bisa membayangkan keadaan JungAh kala itu. Namun aku tahu, kaulah alasan ia mulai kembali ceria, sedikit. Karena ia tidak pernah benar-benar ceria.”

“Anda benar mengenai semula hal tentang JungAh, semua kecuali satu.” Aku memberi jeda sejenak, “Saya bisa membayangkan keadaan JungAh kala itu.”

“Geurae?” tanyanya, terkejut, “Lalu apa kau benar-benar mencintai JungAh?”

“Tentu saja.” Jawabku yakin.

“Kalau begitu jaga dia, jang….”

“Waktu berkunjung habis.” Ucap seorang polisi yang sedari tadi duduk di ujung ruangan seraya bangkit dan mulai memaksa Tuan Lee bangkit pergi.

“Jangan sakiti dia! Jangan membuatnya terluka atau menangis seperti yang telah aku lakukan!” seru Tuan Lee seraya terus ditarik oleh sang polisi.

“Tunggu!” aku bangkit berdiri dengan cepat membuat kursi yang tadi kududuki terjatuh dan sang polisi menghentikan kegiatannya, “Satu pertanyaan lagi, apa boleh?” aku meminta izin pada sang polisi yang disetujui begitu saja.

“Apa Anda merestui hubungan kami?” ucapku gugup, “Maksud saya, jika saya melamar JungAh, apa Anda mengizinkan itu?”

“Tentu saja.” Sahutnya dengan senyum terukir di wajahnya, senyum yang amat tulus, “Selama kau tidak melukainya, aku merestui kalian.”

“Aku mempercayaimu Cho Sajang.” Ucapnya sebelum sang polisi menutup pintu besi di seberang ruangan.

***

KyuHyun’s POV

Aku mengambil langkah besar-besar, tidak menghiarukan hormat demi hormat yang diberikan oleh pegawai yang kulewati begitu saja. Tujuanku satu, dan hanya satu, Lee JungAh.

“Dimana JungAh?” tanyaku cepat pada KiJun yang tengah bertugas menjaga counter.

“Noona ada di gudang penyimpanan bahan, ia sedang menghi…” aku segera berlalu tanpa mendengarkan penjelasan KiJun lebih jauh.

Aku melangkah dengan cepat menyusuri ruangan yang dipenuhi dengan biji kopi, tepung dan bahan-bahan lainnya itu. Mataku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat mencari sosok yang kubutuhkan sekarang. Aku menemukannya sedang menghitung jumlah karung biji kopi dengan telaten. Tanpa banyak kata, tanpa peringatan sebelumnya, aku menarik pundaknya, memutarnya dan menenggelamkan bibirku ke bibir manisnya.

Aku dapat merasakan ia terkejut dan menjatuhkan papan serta pulpen yang semula berada di tangannya, namun begitu aku tidak menghentikan kegiatanku. Sesuatu di dalam diriku berkata inilah yang aku perlukan, yang ia perlukan sekarang. Aku mengarahkan tangan kiriku ke tengkuknya, menekannya yang membuat bibir manisnya semakin lumer di bibirku. Aku mulai menyesap bibir atas dan bawahnya bergantian, menikmati betapa manisnya bibirnya yang agak pucat ini.

“Saranghae Lee JungAh.” Bisikku dua centi dari bibirnya, “Jinjja saranghae.” Aku membiarkan dahiku menyentuh dahinya, merasakan deru nafasnya yang terengah menerpa wajahku.

“A..arrayo oppa.” Jawabnya gugup yang membuatku mengulum senyumku, “Arraseo, oppa bisa melepaskanku sekarang.” Ucapnya seraya berusaha mendorong tanganku yang berada dipundaknya dengan kepala tertunduk.

“Wae? Tidak ada siapapun di sini.” Bisikku rendah yang membuatnya semakin menenggelamkan wajahnya.

“Lee JungAh,” aku menangkup wajahnya yang memerah dan mengangkatnya, menyuruhnya menatapku, “saranghae.” Ucapku sekali lagi.

“Nado saranghae oppa.” Sahutnya pelan. Aku kembali mencecap bibirnya, namun kali ini ia menikmatinya bersamaku. Aku tersenyum seraya terus melumat bibirnya, menikmati rasa manis yang tidak akan pernah cukup bagiku sampai kapanpun.

“Ekhem.” Sebuah suara dehaman berat membuatku melepaskan tautan bibir kami.

“Ayolah! Apa kegiatan mencium gadisku harus selalu berakhir seperti ini?!” seruku kesal saat melihat pemilik suara itu.

“Jweisonghamnida, tapi ada tamu penting sedang menunggu di ruangan Anda sajangnim.” Sahut pemilik suara itu dingin.

“Siapa? Kau bilang aku tidak ada janji apapun sore ini hyung.” Ucapku kesal, “Suruh saja dia pulang.”

“Saya yakin Anda mau menerima tamu ini sajangnim.” Sahut JungSoo hyung formal yang membuatku menyimpulkan bahwa tamu itu benar-benar penting.

“Arraseo.” Sahutku pada JungSoo hyung, “Aku pergi dulu.” Pamitku pada JungAh setelah mengecup puncak kepalanya dalam namun singkat yang dibalas dengan senyuman olehnya.

***

Author’s POV

KyuHyun membuka pintu ruangannya dengan cepat dan kasar setelah mendengar siapa yang mengunjungi kantornya dari JungSoo saat di lift tadi.

“Apa alasanmu kesini?” Tanya KyuHyun cepat setelah ia duduk di sofanya tanpa basa-basi terlebih dahulu.

“Apa begitu caramu menyambut tamumu Cho Sajang?” Tanya sang tamu sinis.

“Tidak.” Jawab KyuHyun cepat, “Hanya kau. Aku hanya akan bertanya satu kali lagi, apa alasanmu ke sini?”

“Kau bahkan tidak menawarkanku minuman, tidakkah itu terlalu kasar?” sinis sang tamu, “Aku sudah menunggu lama di sini.”

“Kau datang atas dasar kemauanmu, tanpa membuat janji sebelumnya.” Sahut KyuHyun tak kalah sinis, “Sekarang kuharap kau bisa keluar, karena aku sibuk.” KyuHyun menarik tamunya bangkit berdiri.

“Lee JungAh,” ucap sang tamu yang membuat KyuHyun menghentikan gerakannya, “bagaimana kabarnya?”

“Tidakkah kau sudah mendengarnya dari adikmu SungMin-ssi?” Tanya KyuHyun sakartis.

“Bocah itu nampaknya senang berimajinasi, bagaimana bisa kau dan JungAh…”

“Itu benar adanya. Aku berkencan dengannya, aku bahkan sudah berencana menikahinya.” Potong KyuHyun cepat tanpa rasa takut sedikitpun.

“Me..nikah?” SungMin, sang tamu itu, menurunkan nada bicaranya. Ia cukup terkejut dengan pernyataan yang diberikan oleh KyuHyun.

“Iya, menikah. Kurasa itu tidak masalah bagimu bukan SungMin-ssi?” Tanya KyuHyun sinis dengan tangan terlipat di dada.

“KAU TIDAK TAHU APA-APA TENTANGNYA!” teriak SungMin kesal.

“Geurae? Karena kurasa yang tidak mengetahui apa-apa mengenai JungAh adalah dirimu SungMin-sii.” Sahut KyuHyun tenang, “Kau bahkan tidak tahu hubungan JungAh dengan pamannya..”

“AKU MENGETAHUI MENGENAI HUBUNGANNYA DENGAN PAMANNYA LEBIH BAIK DARI SIAPAPUN DI DUNIA INI!” SungMin masih belum dapat mengatur emosinya.

“Geurae? Namun aku sudah mendapat restu dari paman JungAh untuk menikahinya.” Sombong KyuHyun dengan senyum kemenangan di bibirnya.

“Res…tu?” SungMin menurunkan nada bicaranya, “Lalu kau pikir kau bisa mendapatkan restu dari keluargamu begitu saja?” decih SungMin.

“Tentu saja, keluargaku amat menyetujui hubunganku dengan JungAh.” Sahut KyuHyun, “Dan walaupun mereka menentangnya, aku tidak akan meninggalkannya seperti yang seorang pengecut lakukan. Lari dan menikahi wanita pilih…”

Kalimat KyuHyun terhenti tatkala sebuah bogem mentah mendarat di pipinya, membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan.

“KAU TIDAK TAHU APAPUN MENGENAI HUBUNGANKU DENGAN JUNGAH!” SungMin menarik kerah KyuHyun dan mendorongnya hingga jatuh, “KAU TIDAK TAHU APAPUN MAKA KAU TIDAK AKAN MENGATAKAN APAPUN!” kali ini SungMin kembali melemparkan bogem mentahnya.

“Sadarlah!” ucap KyuHyun dengan senyum kecil di bibirnya, “Kau sudah kalah pengecut!” KyuHyun tertawa kecil walau darah mengalir dari sudut bibirnya.

“Geurae? Begitu kau pikir?” SungMin kembali menghajar KyuHyun, “Kau pikir aku sudah kalah dan aku adalah seorang pengecut? HAH?!” CEO S&M Co. itu terus menghajar KyuHyun tanpa ampun dan tanpa henti.

“Geurae! Kau sudah kalah pengecut!” seru KyuHyun seraya mendorong SungMin dan mulai memukulinya.

“OPPA!” jeritan seorang gadis dari ambang pintu membuat kedua pria itu menghentikan kegiatannya.

“JungAh-ya.” Ucap keduanya pelan bersamaan. Gadis itu berlari ke arah kedua pria itu dengan wajah khawatir.

“Oppa gwaenchana?” tanyanya setelah mendorong satu pria menjauh, “Oppa mengapa begini? Apa yang terjadi?” air mata mulai mengalir di pipi halus gadis itu.

“JungAh-ya.” Panggil KyuHyun lemah, ia tidak bisa bernafas dengan benar setelah JungAh mendorongnya menjauhi SungMin dan melihat gadisnya menyentuh luka lebam rivalnya dengan wajah khawatir.

Sedangkan SungMin, pria itu masih belum bisa mempercayai pemandangan di depannya sekarang. Gadis yang ia tinggalkan tanpa penjelasan ataupun sepatah kata, gadis yang tidak bisa ia lupakan maupun lepaskan, gadis yang amat ia rindukan sedang berlutut dihadapannya, menatapnya dengan wajah khawatirnya juga menyentuh pipinya lembut.

“JungAh-ya.” SungMin mengamit tangan JungAh yang berada di pipinya dan menatap gadis itu tepat di mata, “Bogosipo.” Bisiknya pelan dengan setitik air mata mengalir dari mata sipitnya, tangis sang gadispun pecah mendengar kalimat pertama pria yang amat dirindukannya, suara yang amat ia rindukan mengatakan bahwa ia merindukannya.

“Nado bogosipo, SungMin oppa.” JungAh mengalungkan kedua tangannya keleher SungMin, memeluk pria itu erat yang dibalas dengan senang hati oleh SungMin, meninggalkan seorang pria lain tanpa kata.

TBC~

Hi!!! Hi!! HI!!! Pertama-tama author mau minta maaf yg sedalam2nya karena ini ff lama~ bgt dilanjutinnya. Jweisonghamnida readernimdeul *bow*.

Selanjutnya author juga mau minta maaf bagi yang kecewa dengan kelanjutan ini karena tdk sesuai dgn ekspektasinya. auhtor juga mau minta maaf atas typo yg auhor buat sepanjang part ini.

Next, thank you bagi readernimdeul yang masih setia mengunjungi dan membaca ff diblog ini, namun akan sangat membahagiakan bagi saya jika kalian berkenan meninggalkan komen dibawah baik tanggapan maupun kritik mengenai ff ini, auhtor akan berusaha update lebih sering, namun dikarenakan jadwal kehidupan sehari2 yg padat harap maklum.

Okay, thank you for reading! I’ll see you soon (I hope) Bye!

One thought on “Bittersweet (Part 10)

Leave a comment