Lucky

Lucky1

This is a story about a girl named Lucky…

Gadis itu membuka matanya perlahan. Ketukan keras di pintunya mengganggu tidur nyenyaknya.

“Woon-ah! Ppali ireona! Kau ada pemotretan pagi ini!” teriak seseorang dari luar.

Woon, dalam bahasa Inggris Lucky, seorang gadis belia yang sedang dalam masa puncak kepopulerannya. Semua orang menyukainya, mulai dari anak-anak hingga lansia.

Ia sangat cantik.

Ia benar-benar luar biasa.

Ia multitalented!

Pujian demi pujian itu bagai sapaan angin yang selalu ada dan tak pernah berhenti.

“Hya Kim YooJung!” teriak orang dari luar itu seraya membuka pintu kamarnya dengan kasar menggunakan kunci cadangan. Kim YooJung adalah nama yang diberikan orang tuanya, sedangkan Woon adalah stage namenya sejak ia debut 1 tahun lalu.

“Ah, waeyo eonnie?” timpal Woon malas seraya terus menyisir rambutnya di depan kaca meja rias super besarnya.

“Mengapa kau tidak menyahut? Eoh?!” gadis yang dipanggil eonnie itu membanting tas make up besar yang setia menggantung di tangannya ke atas meja rias Woon, “Kau tahu sekarang pukul berapa? Cepat mandi kau harus segera menggunakan make up-mu, sebentar lagi photo-shoot akan dimulai.” Omel gadis itu. Walau Woon tetap tampak cantik tanpa make up di wajahnya, namun make up adalah hal mutlak bagi seorang artis bukan?

“Arraseo, tunggu sebentar.” Woon segera bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi mewahnya.

“Ani changkaman!” gadis lain itu menahan Woon dari pergerakannya dan memperhatikan kedua bola matanya, “Mwoya? Matamu bengkak lagi eoh?! Cepat beri tahu aku apa alsannya!” perintah gadis itu.

“Geunyang…” ucap Woon singkat dan langsung berlalu.

***

Lampu flash terus berkedip, pose demi pose dilakukan oleh seorang Woon, gadis yang baru menginjak usia 17 tahun. Sang fotografer terus mengarahkan Woon untuk tersenyum lebar untuk kamera. Seluruh crew yang ada di sana tak henti memuji kesempurnaan wajahnya yang jelita. Bahkan jika hasil foto yang diambil kurang baik, sang fotografer tidak pernah complain pada Woon, sebaliknya ia terus menyalahkan bagian lightning, coordi serta crew balik layar lainnya.

“Ja!” sang fotografer menegakkan tubuhnya, “Sampai sini saja pemotretan kali ini. Woon-sii, terima kasih atas kerja bagusnya. Kau sudah bekerja keras.” Sang fotografer menyalami Woon yang kesulitan untuk bangun karena gaun super mewah yang digunakannya terlalu panjang.

“Apa yang kalian lakukan?! Cepat bantu dia!” teriak sang fotografer kepada para coordi, “Woon-ssi,” ia kembali menatap gadis belia itu, “bila kau berkenan, bisakah tunggu 10 menit saja, aku akan melihat-lihat hasil foto sebentar. Mungkin ada kiranya kita harus mengambil beberapa foto lagi.”

“Ne, gwaenchanayo.” Jawab Woon ramah dengan senyum terpatri di wajahnya kemudian melangkah pergi dari set pemotretan menuju tenda tempat ia menyimpan barang-barangnya.

“Aigoo…” suara familiar itu menyapa telinga Woon begitu ia sampai di tendanya, “Lihat apa yang telah mereka lakukan. Sinar matahari begitu terik di luar, mengapa mereka tetap memaksa melakukan photo-shoot outdoor? Bahkan sekarang sudah ada aplikasi untuk mengubah background foto, sangat ketinggalan zaman.” Gerutu suara itu panjang seraya terus mendecih.

“Gwaencanayo eonnie,” timpal Woon santai, “lagi pula akan sangat menyesakan bagiku untuk terus berada di ruangan ber-AC.”

“Eyy, kau terlalu baik.” Gadis yang dipanggil eonnie itu memberikan sebotol air mineral pada Woon.

“Geundaeyo HaeMin eonnie,” ucap Woon setelah menenggak separuh isi botol tadi, “setelah ini apa aku ada schedule lain?”

“Eum,” HaeMin segera mengambil handphonenya untuk mengecek todo list milik Woon, “hanya ada konferensi pers tentang drama barumu nanti. Setelah itu kau bebas hari ini.” Jelas HaeMin yang diikuti anggukan dari Woon.

“Woon-ah,” panggil HaeMin sekali lagi, “kau tahu? Hidupmu sangat menyenangkan, kau bahkan tidak perlu mendapat cercaan dari orang-orang, kau tidak pernah disalahkan, bahkan semua orang menyukaimu dan kau memiliki banyak sekali nominal uang di umurmu yang masih muda seperti ini.”

“Geuraeyo?” Tanya Woon yang dibalas dengan anggukan semangat dari HaeMin.

“Kau sangat beruntung Woon-ah, sesuai dengan namamu.” Tambah HaeMin, sedangkan Woon? Ia hanya bisa tersenyum kecil dan bertarung dengan batinnya sendiri.

***

Woon-ah selamat atas kemenanganmu sebagai Best OST Performance. Mungkin selanjutnya kau perlu menjadi penyanyi Woon-ah. Terima kasih telah membawakan begitu banyak piala kebanggan bagi kami. Kami mencintaimu…

With love,
Mom&Dad

Woon menghela nafas panjang setelah membaca pesan singkat dari orang tuanya melalui salah satu aplikasi sosial media. Ia mematikan handphonenya dan menaruhnya di nakas sebelah tempat tidurnya kemudian mematikan lampu dan merebahkan dirinya ke tempat tidur bersarungkan velvet terbaik miliknya. Tak butuh waktu lama baginya untuk tertidur.

***

Red carpet telah terbentang bagai sebuah jalan khusus bagi seseorang. Massa yang ada di pinggir kiri serta kanan karpet itu semakin menambah kesan bahwa orang yang mereka tunggu adalah orang yang sangat penting. Tak lama sebuah limousine datang dan pintu penumpangnya terbuka, penumpang mobil mewah itu turun disertai dengan teriakan meriah dari para khalayak yang telah berdiri di sisi Red Carpet itu sejak lama.

Woon, sosok yang turun dari limousine itu, mengenakan dress berwarna merah dengan colar dan lengan panjang serta panjang rok yang hanya menutupi separuh pahanya terlihat sangat manis dan menawan. Ia terus tersenyum ke arah kamera seraya melambai kecil. Namun senyum Woon hilang seketika saat hal yang amat tak terduga terjadi padanya. Ia terjatuh dari tangga yang sedang didakinya karna tersandung oleh heels miliknya sendiri. Sorakan memuja dari para fans yang ada di sisi kiri-kanannya kini berubah menjadi tawaan keras. Woon segera bangkit berdiri, namun orang-orang yang ada di sisi kiri kanannya melemparinya dengan kertas yang telah dibentuk bagai bola, beberapa bungkus makanan ringan, bahkan telur dan tomat busuk.

Air mata yang terbendung di mata Woon akhirnya turun. Ia tak bisa menahan tangisnya lebih lama lagi. Tawaan dan seruan ejekan bahkan sampah yang dilemparkan ke arahnya semakin banyak, namun Woon tak bisa melakukan apapun, bahkan tak ada siapapun yang membantunya. Ia hanya membatu di sana dengan tangan terkepal meremas dress mahalnya dan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

***

Peluh terus keluar dari dahi gadis cantik itu. Bahkan sesekali air mata mengalir dari matanya yang terpejam rapat. Nafasnya terdengar amat berat. Beberapa kali ia mengerang kesakitan. Namun tidak ada yang datang untuk sekedar melihat keadaannya, hingga akhirnya ia terlonjak bangun dari mimpi buruknya. Mimpi buruk yang sama yang terus menghantuinya sejak 7 bulan lalu.

Woon yang sekarang telah terduduk menekuk lututnya kemudian memeluknya erat. Meredam tangisnya dengan kedua tempurung lututnya. Tubuhnya begetar hebat, namun begitu tak sedikit suarapun keluar dari bibir kecilnya, hanya suara isakan tertahan yang terdengar. Woon mencengkram kuat lengannya yang tengah melingkari kedua lututnya.

Ia memiliki semuanya, kehidupan mapan, banyak orang yang menyukainya, bahkan tidak ada perlakuan kasar terhadapnya, ia dilindungi oleh 5 orang body guard yang tidak akan membiarkannya terluka sedikitpun. Ia berpikir, bahwa tidak ada kekurangan dalam hidupnya ini, semua remaja iri pada kehidupannya. Namun kemudian, kenapa air mata ini terus mengalir keluar dari mata indahnya?

Dan satu malam lagi dilewati oleh YooJung dengan tangisan yang tak kunjung henti.

***

“Hari ini ada penghargaan untuk kategori perfilman juga drama, kau ingat itu bukan?” sudah 2 bulan sejak drama Woon tayang di TV dan ia masuk dalam nominasinya.

“Eung, aku ingat eonnie.” Jawab Woon lemas.

“Ayolah, apa kau harus selemas itu?” HaeMin memukul bahu Woon pelan, “Ada kemungkinan menang 75% untukmu.” Woon hanya menggumam sekenanya sebagai balasan.

“Eoh?” ucap seorang pria yang tengah berjalan dari arah yang berlawanan dengan Woon, “Kau Woon bukan? Kim YooJung?” Woon mengalihkan pandangannya dari HaeMin menuju pria itu.

“Eoh? KyuHyun sunbaenim! Anyeonghaseyo.” Woon memberi hormat.

“Geurae, kau tahu kau akan menang hari ini bukan?” tambah senior Woon dalam dunia entertain itu, “Well, setidaknya kau akan mendapat 2 penghargaan. Kau telah bekerja dengan baik.” Akhir KyuHyun dengan kalimat pemberi semangatnya.

“Ne, gamsahamnida KyuHyun sunbaenim.” Ucap Woon dengan senyum terpatri di wajahnya kemudian kembali melangkahkan kakinya masuk ke gedung tempat ia akan menambah koleksi piala penghargaannya.

***

“Best actress, and the winner is Woon! Chukahamnida!” seru sang pembaca pemenang. Ini merupakan piala kedua Woon. Benar prediksi seniornya yang baru memulai karirnya di dunia acting itu.

Woon berjalan ke atas panggung diiringi oleh kilatan lampu flash kamera para wartawan juga sorakan semangat para penggemarnya. Tak lupa ia juga memberikan pidato kemenangannya yang kedua. Ia mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, segenap crew dan agency juga kepada para penggemarnya.

Setelah acara penghargaan itu selesai, Woon segera kembali ke mobilnya untuk melaksanakan schedule berikutnya. Perputaran itu telah kembali terulang, ia mendapat casting untuk drama ataupun film, kemudian proses pengambilan gambar dan penerimaan penghargaan yang selalu ia menangkan, namun sampai kapan?

***

Berada di tengah sorotan mata beribu orang memang terlihat menggiurkan dan menyenangkan, namun pada kenyataannya hal itu cukup memberatkan hati gadis 17 tahun ini. Ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun, namun terkadang ia merasa berada di posisinya sekarang merupakan hukuman tersendiri baginya.

Disaat teman-temannya bermain dan pergi kemanapun mereka mau dengan bebas, YooJung harus memasang banyak atribut untuk menutupi wajahnya agar terhindar dari paparazzi, ah tidak, bahkan jadwal padatnya tidak mengizinkannya berpergian dengan bebas.

Jangan lupakan tuntutan orang tuanya yang menjadikannya tulang punggung keluarga. Ibunya yang sering kali melebih-lebihkan pekerjaan putrinya itu, ayahnya yang sibuk mengembangkan usaha kecilnya menggunakan namanya, kedua kakaknya yang tidak bisa berhenti menghamburkan uang karena berpikir adiknya ini dapat menanggung semuanya.

Akhirnya, apa ia masih layak dibilang beruntung jika dilihat dari sudut pandangnya?

<<>>

Semua bintang memiliki masa bersinarnya, namun apa yang akan terjadi saat masa bersinarnya habis?

FIN~

Hey… me again, kali ini author nge-post ttg “Unknown” yg waktu itu author post. emang udh telat bgt tpi ya sudah lah ya.. hahaha. Di FF ini author menggunakan Kim YooJung sebagai tokoh utama karna menurut author dia itu keren bgt.

Melalui FF ini author pengen menjelaskan bahwa menjadi bintang besar itu bukan hal yang mudah, dan menjadi bintang itu ada masa terang juga gelapnya. liat aja SUJU, sekitar 4-5 tahun lalu dia dipuja2, tpi sekarang? banyak yg ngejelekin dsb, maka dari itu, selalu dukung para artis itu apapun yg terjadi di masa terang mereka supaya gk susah hidup mereka kelak.

Untuk Bittersweet mohon tunggu sebentar ya, author lagi stuck…

Thanks for reading, sorry for typos and comments are appreciated ^^

5 thoughts on “Lucky

  1. Jadi terkenal itu emang ada enaknya, ada nggak enaknya juga. Nggak enaknya yaaa itu, nggak bisa bebas ke mana2. Harus nyamar ini-itu biar nggak ketauan penggemar. Dan entah kenapa……otakku malah ngebayangin Kyuhyun yang kencan diem2 sama pacarnya *aneh*
    Keep writing yaaa. Semoga ke depannya bisa jauhhh lebih baik lagi^^

    Like

Leave a comment