Bittersweet Part 6

BitterSweet6

WARNING: Ini mungkin masuk kategori long shot

Part 6

 

“Lee JungAh!”  teriak murid laki-laki yang tengah berlari mengejar seorang murid perempuan, “Lee JungAh berhenti di sana!” ia terus meneriaki murid perempuan itu untuk berhenti, namun tidak dihiraukan sama sekali.

“Lee JungAh!” akhirnya anak laki-laki itu bisa menggapai tangan gadis itu dan menariknya berhenti.

Gadis itu tetap berontak, ingin melepaskan dirinya, namun murid laki-laki itu tidak membiarkannya.

“Dengarkan aku Lee JungAh!”

“Apa yang harus aku dengar?” Jerit gadis itu menjadi, “Apa lagi yang harus aku dengar? Bahwa aku membunuh orang tuaku sendiri?!”

Murid lelaki itu tersentak, tidak memercayai apa yang gadis itu katakan. Namun ia tetap tidak bisa menahan dirinya untuk terkejut.

“Jangan gila Lee JungAh.” Ucap murid lelaki itu lemah.

“Aku tidak berbohong, itu yang terjadi.” Kali ini gadis itu melemparkan tatapan tajamnya. Bukannya merasa takut, murid lelaki itu menarik JungAh ke dalam pelukannya.

“Geurae, kau juga telah membunuhku kalau begitu.” Ucap murid lelaki itu lemah.

“SungMin oppa…” isak tangis gadis itu akhirnya keluar. Ia tidak dapat menahan tangis itu lebih lama.

“Geurae, ureora… gwaenchana, naega itanikka.” (Iya, menangislah. Tidak apa, karna aku ada.) murid lelaki itu mengelus surai lembut milik JungAh.

***

Author POV

“Hya, kau tahu? Kudengar putra dari CEO kita akan menggantikannya. Dan hari ini ia akan datang.” Bisik seorang pegawai resepsionis yang bernama Kang HyeNa pada teman di sebelah kirinya.

“Jeongmal?” Gadis dengan tag nama Park HaeMin itu menyahut.

“Eoh… aku sudah mendengar beberapa hal tentangnya.” Timpal HyeNa.

“Geurae? Apa saja yang telah kau dengar?” Tiba-tiba saja seorang pegawai namja duduk di kursi sebelah kanan HyeNa.

“Pertama kudengar ia ditinggal oleh pacarnya. Bahkan pacarnya itu menikah dengan namja lain. Namja itu adalah rival kuat perusahaan ini. Selanjutnya ia menjadi gila karena ia ditinggal oleh pacarnya itu.” Jelas HyeNa bangga.

“Dari mana kau mendengar berita itu?” Tanya HaeMin penuh minat.

“Aku kan memiliki banyak koneksi.”

“Lalu, apa lagi yang kau dengar tentangnya?” Kali ini pegawai pria itu yang bertanya.

“Aku juga dengar bahwa ia sangat tampan, lalu pintar, juga sopan.” Sahut HyeNa, “Tapi, siapa kau? Aku mengenal semua karyawan di sini, dan aku yakin ini pertama kalinya aku melihatmu.” Tanya HyeNa curiga.

“Tidak penting siapa aku. Lanjutkan, apa lagi yang kau ketahui?” Desak namja itu.

“Aku juga dengar bahwa sebelum ia menjadi pemegang perusahaan ini ia juga bertengkar hebat dengan sajangnim. Kemudian ia juga menjadi anti dengan wanita, sehingga ia menjadi gay. Itu yang kudengar.” Namja itu agak tersentak mendengar 2 kalimat terakhir HyeNa.

“Mwoya?! Itu sangat mengerikan!” Ucap namja itu.

“Geurae, lebih baik kau berhati-hati jangan sampai kau bertatap wajah dengannya. Bisa saja ia suka padamu nantinya. Wajahmu juga lumayan.” Aku HyeNa.

“Sajangnim!” Seorang pria dengan wajah yang mulai menua datang setengah berlari ke arah 3 karyawan yang sedang bergosip itu.

“Sajang? Siapa?” HaeMin menjelajahi sekitarnya dengan matanya, mencari sosok sajang yang baru saja mereka bicarakan.

“Sajangnim.” Panggil namja berjas rapi itu sekali lagi.

“Hyung,” desis namja yang duduk di sebelah kanan HyeNa, “jangan sekarang.” Ia memberi senyum kikuk pada kedua gadis di sebelahnya.

“Geundae..” namja itu terlihat bingung.

“Haish” namja yang di panggil sajangnim itu bangkit berdiri dan melangkah besar-besar ke arah lift. Sedangkan namja yang memanggil tadi hanya terdiam sejenak.

“Jogiyo,” panggil HyeNa pada namja kedua itu saat ia hendak meninggalkan meja resepsionis, “tadi itu, sajang?” Tanyanya menggantung.

“Ne, apa kau tidak mengenalinya?” Tanya pria itu dan melangkah pergi.

“Eotteokhae??” Jerit HyeNa histeris seraya mengguncangkan tubuh gadis di sebelahnya, “Bagaimana kalau aku dipecat?”

“Jangan bawa-bawa namaku. Aku hanya mendengarkan ceritamu tadi. Bagus aku tidak memberikan komentar aneh-aneh.” Jawab HaeMin dingin dan kembali menyibukan diri dengan pekerjaannya.

“Hya Park HaeMin!” Seru HyeNa.

***

Pintu besar itu terketuk 3 kali. Suara berat menyapa dari balik pintu itu, memerintahkan siapapun yang mengetuk pintu itu untuk masuk.
“Sajangnim… ada yang ingin menghadap Anda, namanya Park HaeMin.” seorang pria yang mulai menua masuk dan memberikan laporan. Dahi pria yang dipanggil sajang itu berkerut sedikit.

“Park HaeMin?” gumamnya, “Ah, resepsionis itu! Persilahkan dia masuk.” serunya dengan senyum lebar terukir di wajahnya, membuat siapapun tidak akan percaya bahwa pria ini pernah mengalami depresi berat. Pria itu berjalan keluar ruangan di gantikan dengan wanita yang agak pendek namun tetap terlihat cantik.

“Ada apa HaeMin-sii?” Tanya sang sajang ramah.

“Jwe… Jweisonghamnida sajangnim…” Wanita bernama HaeMin itu menundukan kepalanya.

“Kenapa Anda memohon maaf?” kekeh KyuHyun yang sontak membuat HaeMin mengangkat kepalanya.

“Ne?” Tanya HaeMin memastikan.

“Tidak apa HaeMin-ssi, dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang orang pikirkan tentangku.” Ucap KyuHyun tenang, “Aku tidak akan memecatmu hanya karna hal sepele seperti itu. Ini bukan drama yang ada di televisi itu HaeMin-ssi.”

“Geu…”

“Sekarang lebih baik kau kembali ke mejamu dan kembali bekerja.” KyuHyun merubah nada suaranya menjadi lebih dingin, “Aku tidak dapat mentoleransi orang yang memakan gaji buta HaeMin-ssi.” HaeMin segera memberi hormat singkat dan berjalan keluar ruangan.

Sekali lagi, senyum puas terukir di wajah KyuHyun. Namun senyum itu tidak bertahan lama, karna perutnya yang tiba-tiba saja berontak.

“JungSoo hyung, apa hyung tahu tempat makan yang enak di sekitar sini?” Tanya KyuHyun pada sekertarisnya melalui pesawat telepon, “Ah, jangan restoran, tempat seperti café, yang menjual kopi dan roti saja. Ini baru pukul 3 hyung.” Lanjutnya.

“…”

“Arraseo. Aku akan keluar sendiri dan mencari tempat makan sendiri.” Ucap KyuHyun dengan nada merajuk. Nampaknya seseorang baru saja kembali ke kepribadian sesungguhnya.

***

KyuHyun POV

Aku berjalan kaki di trotoar ini. Sudah lama aku tidak berjalan kaki seperti ini, dan aku hanya ingin menikmati udara sore di Gwangju setelah sekian lama hanya mengurung diri di apartemen mewahku itu. Mataku terus menyusuri toko-toko yang ada di sebelah kiriku ini, hingga sebuah café kecil yang tidak terlalu ramai menarik perhatianku. Kuputuskan untuk melangkahkan kakiku masuk ke dalam café itu.

“Oseooseyo.” Sapa seorang gadis yang berdiri di balik counter. Bahkan tidak ada siapapun di sini kecuali gadis itu.

“Anda mau pesan apa?” tanyanya ramah.

“Eum…” aku menatap daftar menu yang terpajang di atas meja counter ini, “Satu Americano, dan Plain Croissant.” Ucapku setelah sekian menit.

“Ne, changkamanyo…” ucap gadis itu ramah dan mulai menyiapkan pesananku. Aku mengamati interior café ini selagi menunggu. Tidak ada yang menarik, semua terlalu datar, bahkan café ini tidak menggunakan design wallpaper apapun, hanya ada satu lukisan yang menarik perhatianku.

“Jogiyo,” panggilku pada gadis yang tengah sibuk menuangkan americanoku ke dalam sebuah cangkir, “apa anda yang menjalankan café ini sendiri?”

“Anieyo.” Jawabnya singkan seraya menaruh cangkir tadi ke atas sebuah nampan, “Ini milik teman.” Lanjutnya seraya mengambil Croissant dan menaruhnya di piring.

“Semuanya jadi 4000 Won.” Ia agak mendorong nampannya ke arahku. Aku segera membayar dan mengucapkan terima kasih, kemudian duduk di ujung ruangan ini, menghadap langsung kea rah tembok di mana lukisan yang menarik perhatianku terpajang.

***

Author’s POV

Pintu café itu kembali terbuka. Kali ini seorang gadis yang cukup cantik masuk ke dalam café itu dan segera di panggil oleh gadis penjaga counter café itu.

“Pria itu,” ucap sang penjaga counter pada gadis yang baru masuk, “ia benar-benar terlihat seperti orang kaya. Bahkan aku tadi sempat melihat isi dompetnya, ada banyak sekali uang di dalamnya.”

“Lalu apa?” gadis yang baru masuk itu menimpali sang penjaga counter dengan malas.

“Ani JungAh-ah,” sang penjaga counter menopang dagunya dengan kedua tangannya, “kau tahukan ini hanya café kecil, mengapa ia tidak pergi ke café yang lebih besar saja?” JungAh hanya mendesah mendengar ucapan temannya itu.

“Kwon SoHyun, apa kau tidak suka kalau café-ku ini kedatangan tamu eh?” omel JungAh, “Lagi pula, itu merupakan pilihannya untuk datang ke sini.”

“Arraseo,” SoHyun merendahkan nada bicaranya, “tapi ia sudah terlalu lama ada di sini, sudah sekitar 1 jam lebih. Ia terus menatap laptop mahalnya itu.”

“Kwon SoHyun!” desis JungAh. Namun kemudian sebuah suara berat mengganggu pembicaraan mereka.

“JungAh-ah, cepat ke sana, ini café-mu, urus pelangganmu sana.” Ucap SoHyun seraya mendorong JungAh pelan dari balik Counternya. JungAh hanya mendelik kesal pada SoHyun namun tetap berjalan ke arah tamu itu.

“Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya JungAh pada pelanggan yang sedang sibuk dengan laptopnya itu.

“Ne, aku ingin memesan satu Americano lagi dan satu Beef Sandwich.” Ucap sang pelanggan dan baru menatap gadis yang berbicara padanya pada akhir kalimat.

“JungAh-ssi?!”
“KyuHyun-ssi?” ucap keduanya  bersamaan dengan nada terkejut dan bingung.

“Ani,” KyuHyun terkekeh, “café ini milikmu?”

“Ne. bagaimana KyuHyun-ssi bisa sampai di sini?” Tanya JungAh dengan kening berkerut.

“Geunyangyo.” Jawab KyuHyun singkat.

“Jadi apa pesanannya itu saja?” Tanya JungAh sekali lagi.

“Eum..” KyuHyun tampak sedang berpikir, “apa menu makanan favoritmu JungAh-ssi?”

“Waeyo?” kerutan itu kembali terlihat di dahi JungAh.

“Geunyangyo.”

“Ani…” ucap JungAh pelan, “Choco-Cheese Croissant.”

“Kalau begitu itu satu” sahut KyuHyun bersemangat, “dan hot Chocolate 1. Ah tidak, JungAh-sii, apa kau lebih suka Hot Chocolate atau Iced?” Tanya KyuHyun sekali lagi.

“Geundae waeyo?” kerutan itu semakin kentara.

“Geunyangyo.” KyuHyun mengulas senyum kecil.

“Berhenti menjawab semua pertanyaanku dengan ‘Geunyangyo’ KyuHyun-ssi.” Ucap JungAh kesal.

“Arraseoyo, beri tahu saja.” JungAh memutar bola matanya setelah mendengar jawaban KyuHyun, namun begitu senyum kecil itu semakin kentara karna perbuatan JungAh sebelumnya.

“Iced.” Jawab JungAh cepat.

“Kalau begitu Iced Chocolate 1” KyuHyun bersidekap dan menyenderkan tubuhnya kepunggung sofa.

“Berarti pesanan Anda 1 Americano, 1 Beef Sandwich, 1 Choco-Cheese Croissant dan 1 Iced Chocolate?” Tanya JungAh sekali lagi yang dibalas dengan anggukan pasti oleh KyuHyun.

Setelah itu JungAh segera melangkah ke arah counter untuk membuat pesanan KyuHyun dengan bantuan SoHyun, sedangkan KyuHyun, ia kembali sibuk dengan laptopnya, namun kali ini dengan senyum terpatri di wajahnya.

“Kau kenal dengannya?” bisik SoHyun.

“Eoh.” Jawab JungAh singkat.

“Bagaimana kalian bisa bertemu?”

“Geunyang.” Balas JungAh malas, “Aku tidak mau membahasnya.”

Alasan mengapa ia bisa bertemu seorang KyuHyun? Tentu saja karena namja keji itu. JungAh membuang nafas kasar dengan kencang membuat SoHyun terkejut.

“Mwoya?” SoHyun memukul pundak JungAh yang dibalas dengan gelengan oleh JungAh. Kemudian JungAh mengambil nampannya kasar dan membawa pesanan KyuHyun ke mejanya.

“Ja, ini pesanannya.” Ucap JungAh seraya menaruh pesanan KyuHyun ke atas mejanya, “Selamat menikmati.” JungAh berusaha melembutkan nadanya.

“Anjayo.” Ucap KyuHyun pada JungAh.

“Mianhajiman, ada banyak hal yang harus kulakukan KyuHyun-ssi.” JungAh kembali melangkah, namun belum sampai 2 langkah di ambilnya KyuHyun kembali menyuruhnya duduk dengan nada yang lebih tinggi.

“Sudah kubilang KyuHyun-ssi, aku sibuk.” JungAh ikut meninggikan suaranya. Ia hendak kembali melangkah namun tangan dingin itu menahan lengannya.

“Aku bilang duduk!” perintah KyuHyun seraya bangkit berdiri. JungAh berjengit mendengar bentakan itu, bahkan ia tidak berani melawan.

“Apa yang kau lakukan?!” Teriak SoHyun marah dan berlari ke arah kedua orang itu, “Jogiyo, lepaskan tangan temanku.”

Seperti tidak mendengar SoHyun, KyuHyun semakin menguatkan cengkramannya pada lengan JungAh. SoHyun melihat lengan JungAh yang memerah karena genggaman kuat KyuHyun.

“Jogiyo!” bentak SoHyun.

“Gwaenchana SoHyun-ah.” Ucap JungAh tenang seraya terus menatap KyuHyun tajam.

“Geundae…”

“Kubilang tidak apa-apa!” potong JungAh, “Kau bilang kau punya banyak hal yang harus di kerjakan. Lebih baik kau pulang.”

“Lee JungAh..” ucap SoHyun lemah.

“Kwon SoHyun! Kubilang kau boleh pulang.” Bentak JungAh.

“Arraseo.” SoHyun segera beranjak dan mengemasi barang-barangnya kemudian melangkah keluar café itu.

“Bagaimana aku bisa duduk kalau kau terus memegangi tanganku KyuHyun-ssi?” ucap JungAh dingin.

“Ah,” seakan baru bangun dari lamunan panjang, KyuHyun terlihat bingung dengan apa yang ia lakukan, “jweisonghaeyo.” KyuHyun membungkukkan badannya.

“Geundae, kalau boleh, bisakah kau duduk sebentar? Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan.” Ucap KyuHyun pelan. JungAh membuang nafas kasar dan duduk di kursi seberang milik KyuHyun.

“Waeyo?” tanyanya cepat begitu ia mengistirahatkan kakinya. KyuHyun hanya tersenyum singkat seraya duduk dan mematikan laptopnya.

“JungAh-ssi lebih menyukai Iced Chocolate dibanding Hot Chocolate, itu merupakan hal yang unik.” Ucap KyuHyun namun JungAh tidak menunjukan tanda akan meresponnya.

“Kenapa kau lebih menyukai Iced dibanding Hot Chocolate JungAh-ssi?” Tanya KyuHyun.

“Untuk apa kau menghangatkan tubuhmu saat hati mu terasa begitu dingin?” ucap JungAh dingin dengan tatapan tajam kepada KyuHyun. Jawaban itu membuat KyuHyun tersenyum pahit, ia yakin, ia mengenal seseorang yang juga lebih menyukai Iced Chocolate dibanding Hot Chocolate.

“Lukisan di belakangmu,” KyuHyun berusaha mengalihkan topik pembicaraan, “lukisan itu sangat bagus.” JungAh kembali menatap KyuHyun tajam.

“Kalau kau menyukainya, kau boleh mengambilnya KyuHyun-ssi. Aku berencana untuk membuangnya juga bagaimanapun.” Sorot mata gadis itu berubah, sakit hati yang teramat tertulis jelas di matanya yang tengah menatap keluar jendela café miliknya itu.

“Waeyo? Lukisan itu sangat bagus? Mengapa dibuang? Itu satu-satunya penghias café ini. Aku bisa merasakan cinta saat pembuat lukisan itu membuatnya hanya dengan melihat lukisan itu.” KyuHyun menunjuk lukisan itu dengan semangat dan senyum terlukis di wajahnya, entah KyuHyun lebih banyak tersenyum akhir-akhir ini. Sedangkan untuk JungAh? Ia hanya dapat terus tersenyum pahit pada setiap kalimat yang diucapkan oleh adik psikolognya itu.

“Cinta?” JungAh berdecih, “Tidak ada hal seperti itu di dunia ini KyuHyun-ssi.” KyuHyun tersentak mendengar kalimat terakhir JungAh, ia bahkan mengalihkan perhatiannya dari sandwich yang tengah ia nikmati.

Kalimat itu, ia yakin pernah mendengar kalimat itu dari seseorang yang ia kenal, seseorang yang juga menyukai Iced Chocolate.

“Ah… geuraeyo?” KyuHyun mendengus saat mengingat siapa seorang yang ia kenal itu, “Di mana kau membelinya JungAh-ssi?”

“Itu hadiah.” Jawab JungAh cepat dan singkat.

“Siapa yang memberikan hadiah itu?”

“Kenapa kau mau tahu begitu banyak hal tentangku KyuHyun-ssi?!” bentak JungAh.

“Geunyangyo.”

“Kubilang berhenti menjawab pertanyaanku dengan ‘geunyangyo’!” amarah JungAh meledak. KyuHyun memainkan sandwichnya menggunakan garpu yang ada di tangannya.

“Jadi seperti ini rasanya?” ucap KyuHyun pelan seraya terus memainkan sandwichnya.

“Mwo?” Tanya JungAh dengan nada menantang. KyuHyun menaruh garpunya dan menatap JungAh, ia tahu siapa pemberi lukisan itu.

“Lebih baik kau jangan membuang lukisan itu JungAh-ssi.” Ucap KyuHyun dengan menatap JungAh dalam.

“Waeyo? Lukisan itu milikku, jadi aku yang menentukan apa harus kubuang atau tidak.” Omel JungAh.

“Kalau kau buang akan semakin terasa sakit, kau akan menyesalinya. Percayalah padaku.” KyuHyun terus berusaha untuk tenang.

“Memang apa yang kau tahu tentang lukisan itu?! Kau bahkan tidak tahu dari siapa dan bagaimana aku mendapatkannya!” gadis itu semakin meninggikan suaranya.

“Namja itu yang memberikannya bukan? Atau aku harus menyebut namanya, JungAh-ssi?” ucap KyuHyun pelan dan sakartis dan kembali memainkan sandwichnya, namun begitu tetap menyentak JungAh.

“Eotteokhae…”

“Aku juga pernah mengalaminya.” KyuHyun menatap JungAh, “Aku sudah membakar semua barang yang berhubungan dengan MiYeon, namun itu tidak berguna sama sekali. Hanya menimbulkan sakit hati yang berlebih dibanding sebelum aku membakarnya.”

“Aku juga dulu sama sepertimu JungAh-ssi, aku ada di tahapmu sekarang dulu. Dulu juga aku lebih suka meminum kopi yang sudah dingin, dulu aku juga tidak mempercayai yang namanya cinta. Tapi percayalah padaku, aku telah melewati tahap itu dan berada di tahap yang lebih mengerikan dari tahap itu.”

Air mata mulai menggenang di mata bening milik JungAh, namun begitu air mata tak kunjung jatuh dari mata indah itu.

“Eoh?” KyuHyun menegapkan duduknya, “Ureoyo?” tanyanya panik.

“Uljjimayo. Ja, nikmati ini saja.” KyuHyun mendorong piring yang berisi Choco-Cheese Croissant di atasnya serta Iced Chocolate ke arah JungAh.

“Tapi..”

“Aku akan memberikannya padamu bagaimanapun juga.” Potong KyuHyun.

“Waeyo?” air mata itu hilang dalam sekejap, digantikan dengan sorot mata bingung satu kali lagi.

“Supaya kau bisa mendapat keuntungan hasil penjualan dan merasa kenyang sekaligus.” Ucap KyuHyun dengan senyuman puas, “Kau tidak akan tega membuang makanan itu kan JungAh-ssi?”

JungAh hanya mendengus mendengar perkataan KyuHyun, ia hanya tidak bisa mengerti jalan pikiran namja yang baru ia kenal kurang dari satu minggu itu. Namun begitu, ia tetap memakan kedua makanan favoritnya itu. KyuHyun hanya menatapinya seraya meminum Americanonya. Keheningan terus menyelimuti mereka hingga JungAh sadar bahwa ada yang memperhatikan segala gerak-geriknya, walau dalam diam, yang membuatnya tersedak.

“Gwaenchanayo?” Tanya KyuHyun panik sekali lagi yang dibalas dengan anggukan oleh JungAh. KyuHyun mengangkat gelas Iced Chocolate milik JungAh yang segera ia habiskan separuhnya.

“Waeyo?” Tanya KyuHyun sekali lagi.

“Seharunya aku yang bertanya begitu KyuHyun-ssi, mengapa kau menatapku seperti itu?” ucap JungAh kesal.

“Ani, aku hanya ingin bertanya sesuatu, tapi kau terlihat sangat menikmati makananmu.” JungAh mendecih mendengar alasan KyuHyun.

“Memang apa yang ingin kau tanyakan?” JungAh mengelap ujung bibirnya.

“Nampaknya kau begitu menyukai coklat.” KyuHyun terus memperhatikan gerak-gerik JungAh.

“Ne, aku memang sangat menyukai coklat sejak dulu.”

“Lalu apa kau jadi membuang lukisan itu?” KyuHyun menunjuk lukisan di depannya.

“Tidak, seperti yang kau bilang, itu cukup bagus untuk menghiasi caféku ini.” JungAh menaruh tangannya di atas meja.

“Baguslah kalau begitu. Apa kau tinggal dengan pamanmu?” Tanya KyuHyun hati-hati.

“Ne.”

“Sejak kapan?”

“Sejak aku kecil.”

“Memang kemana orang tuamu?”

“Memang apa urusannya denganmu? KyuHyun-ssi, kita tidak dalam hubungan yang perlu mengenal satu sama lain lebih dalam.” Ucap JungAh kesal.

“Arraseoyo.” Keheningan kembali menyelimuti mereka, namun kali ini tidak bertahan lama karena handphone milik KyuHyun berdering menandakan ada telepon masuk.

“Waeyo hyung?”

“….”

“Aku ada di café dekat kantor. Wae?”

“….”

“Tidak perlu, aku masih akan agak lama di sini.”

“….”

“Aniyo, tentu aku mengerjakan tugas-tugasku.”

“….”

“Aku bisa pulang sendiri hyung, aku sudah bukan anak SD lagi, bahkan zaman sekarang anak SD pun pulang sendiri.”

“….”

“Memangnya kenapa kalau aku sedang bersama dengan seorang yeoja?”

“APA KAU GILA CHO KYUHYUN?! KAU INGIN TERLIBAT DENGAN PISAU DAN SILET LAGI HAH?” teriak orang di sebrang telepon yang membuat KyuHyun reflex menjauhkan handphonenya bahkan JungAh dapat mendengarnya dengan jelas.

“Aku tutup telponnya hyung. Saranghae…” KyuHyun segera menutup telepon dari sekertarisnya itu dan mematikan handphonenya.

“Nuguyo?” Tanya JungAh penasaran.

“Hanya teman kantor.” Ucap KyuHyun dengan nada menggantung karna menurutnya bila ia mengatakan bahwa itu adalah sekertaris sekaligus sepupunya, mungkin JungAh akan menyadari jabatan tingginya.

“Ah..” JungAh tampak berpikir, “Geundaeyo KyuHyun-ssi, tadi jika aku tidak salah dengar, nampaknya kau memiliki masalah dengan yeoja.”

“Ah, itu karena traumaku, setidaknya itu yang noona katakan.” KyuHyun menjawab pertanyaan JungAh dengan santai, seolah itu adalah hal wajar yang dialami semua orang.

“Lalu mengapa kau masih bisa berkomunikasi dengan baik dengan eommamu?”

“Eomma tentu saja berbeda, ada hubungan khusus diantara kami.” KyuHyun melahap potongan terakhir sandwichnya.

“Lalu bagaimana dengan AhRa eonnie?” JungAh menegapkan posisi duduknya.

“Aku sudah terbiasa dengan noona, ia terus datang padaku walau beberapa kali aku tak sengaja melukainya.” Jelas KyuHyun setelah menelan potongan terakhir sandwichnya.

“Lalu bagaimana dengan ku?” JungAh menatap KyuHyun dalam.

“Kalau dengan mu…” cangkir berisi Americano di tangan KyuHyun berhenti dan tangannya menggantung di udara.

“JungAh-ssineun…” KyuHyun menaruh cangkir americanonya ke atas meja, sedangkan ekspresi antusias dari JungAh semakin kentara.

“JungAh-ssineun…” kali ini KyuHyun menatap JungAh, “waeyo? Mengapa aku bisa berkomunikasi dengan baik dengan Lee JungAh?” Tanya KyuHyun pada dirinya sendiri.

TBC~

Mueheheheh, terserah author jahat atau apa, tpi pengen aja skali2 bikin gantung di bagian yg lagi crucial2nya gtu, hahahahah. Maaf klo cerita kali ini mengecewakan dan aneh dan maksa, tapi author harap masih ada yg suka dan mau nungguin sampe akhir. ❤

UN udh kelar! Sekarang author bebas, hahha. Mungkin selanjutnya akan lebih sering post, mungkin juga tidak, tergantung ilham ya. Waktumah udh ada banyak skarang cuman tinggal ilhamnya aja nih…

Kali ini author nyelipin SoHyun 4Minutes, why? Karena author mau cover SoHyun 4M, dan pas di At Pain kemaren ada juga ChanMi AOA, dengan alasan yg sama pula. Thx bagi mereka udh mau2 aja namanya di pinjam dan di cover dance-in sama author…. ^^

And~ itu poster buatan author sendiri.. hahahah, komenin juga yg berkenan.

As always, sorry for typos, thanks for reading and don’t forget to leave comment. Love you :*

5 thoughts on “Bittersweet Part 6

  1. wow nyasar sampai blog ini, ijin baca ya..
    aku penasaran kenapa kyuhyun bisa lancar bicara sama JungAh? apa kyuhyun suka atau kenapa?
    ayo lanjut …
    semangat…

    Like

  2. Astaga mereka akhirnya bertemu lagi. Dua orang yang sama sama merasakan luka dan dalam masa penyembuhan hati bisakah mereka saling berbagi luka dan saling percaya? Bagaimana hubungan mereka kedepannya?

    Like

  3. Kyu msh bingung kynya …. Tp bagus eon.. 2 org yg bertemu dan dekat krn mslh masa lalu …. Smg bs move on n saling jatuh cnt lg berdua fighting eon:)

    Like

  4. mereka berdua ini sama” berada dalam tahap penyembuhan hati dan mengenal jati diri masing”
    mau dibawa kemana hubingan mereka nantinya

    Like

Leave a reply to Sarti prihatin Cancel reply