Bittersweet Part 1(Love Dust Sequel)

*Bittersweet*

MiYeon POV

“Kau belum tidur?” Aku mengalihkan perhatianku dari buku yang sedang kubaca.

“Eoh? Oppa wasseo?” (Oppa sudah pulang) sapaku.

“Eum. Aku akan mandi dulu.”

“Arraseo. Mau ku buatkan teh?” Tawarku.

“Boleh juga. Teh hijau saja.”

“Arraseo oppa.” Aku segera bangkit dan menyiapkan segelas teh hijau.

Tadi itu SiWon oppa. Baru satu tahun kami menikah. Selama itu pula aku merasa bahagia tiap harinya. Bayangkan saja kalian bisa bersatu dengan cinta pertama kalian. Rasanya sangat disayangkan walau hanya melewatkan 1 haripun. Aku berusaha melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia dan tetap disisiku. Terdengar agak aneh dan egois katamu? Oh… mungkin kalian belum pernah merasakan hal seperti ini, namun kalian setidaknya pernah membayangkannya barang sekali saja kan? Rasanya seperti kalian mencapai mimpi yang selama ini telah kalian impikan, yang selama ini kalian pikir tidak dapat kalian capai. Tinggal bersama dengan SiWon oppa terutama menikah dengannya adalah keajaiban sekaligus berkat terbaik yang pernah kudapat seumur hidupku. Dan aku terus begitu hingga akhir hidupku kurasa.

“Eoh? Oppa sudah selesai.” Ucapku pada SiWon oppa yang sedang mengambil piyamanya.

“Mian, aku terlalu sibuk dengan teh hijaunya.” Aku menundukan kepalaku.

“Gwanchana.” Ia mengambil cangkit berisi teh yang kubawa dan mengusap kepalaku pelan setelah selesai mengenakan piyamanya.

“Bagaimana harimu?” Tanya SiWon oppa seraya duduk di sofa dekat tempat tidur kami.

“Cukup menyenangkan. Tadi nyonya Kang datang berkunjung dan kami mencoba membuat resep kue baru. Bagaimana dengan oppa? Apa semuanya baik?”

“Tidak juga.” Ia menatap cangkir tehnya.

“Wae? Apa ada hal buruk terjadi?” Tanyaku khawatir, SiWon oppa hanya mengangguk sebagai jawabannya.
“Apa yang telah terjadi? Apa hal itu parah?”

“Sangat parah. Hal yang terjadi adalah…” aku menunggu jawaban SiWon oppa dengan panik yang tidak dapat kusembunyikan, “aku tidak dapat fokus bekerja hari ini. Karena aku sangat merindukanmu.”

“Mwoya?” Aku memukul pelan bahu SiWon oppa dan segera menyembunyikan wajahku yang mungkin memerah.

“Wae? Aku benar-benar merindukanmu. Bahkan kemarin malam kau sudah tertidur dan aku harus segera ke kantor pagi ini. Aku belum sempat berbincang denganmu secara langsung sejak seminggu lalu.” SiWon oppa merangkul pundakku.

“Mwoya… itu terdengar sangat menjijikan bagiku.” Omelku singkat.

“Kau tidak menyukainya? Bagaimana ini? Kau sudah mulai lelah denganku?” Tanya SiWon oppa serius.

“Anijji. Sama sekali tidak.” Aku menggelengkan kepalaku cepat. “Oppa pasti lelah. Ayo kita tidur saja.”

“Eoh? Kau tidak mau berbincang denganku lebih lama lagi?”

“Bukannya aku tidak mau, hanya saja oppa pasti lelah setelah bekerja keras seminggu penuh. Belum lagi jet lag yang mungkin masih oppa rasakan. Perbedaan waktu Amerika dan korea agak terlalu lama bukan?”

“Benar juga. Arraseo. Ayo kita tidur.” SiWon oppa mulai melangkahkan kakinya ke tempat tidur kami. “Jalja..” ucapnya sebelum mematikan lampu kamar.

***

“Aku tidak akan lembur hari ini.” Ucap SiWon oppa seraya mengenakan sepatunya.

“Geurae? Baiklah, dinner at 7.” Aku mengingatkannya.

“Arraseo. Ganda.” Ia mengecup keningku sebelum pergi seperti yang ia lakukan tiap harinya.

“Jalga!” Aku melambaikan tanganku sampai aku tidak dapat melihat mobilnya lagi.

Aku melangkahkan kakiku ke arah dapur untuk mengambil cemilan. Kemudian segera menyalakan televisi untuk menonton drama pagi favorite-ku. Handphone-ku berdering saat aku benar-benar tengah menikmati dramaku.

“Yeobseyo?” Ucapku tanpa mengalihkan mataku dari layar televisi.

“Siapa Anda bilang?”

***

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat. Suara penelepon tadi masih terdengar jelas di telingaku.

MiYeon-ah, aku benar-benar membutuhkanmu. KyuHyunie, KyuHyunie-ga… ia bertingkah aneh, ia terus memanggil namamu entah mengapa. Tolong MiYeon-ah, hanya kau yang bisa membantu kami.

Maka di sinilah aku. Berdiri di depan pintu apartemen mantan-ku. Pintu apartemen seseorang yang bahkan tidak pernah terlintas di kepalaku barang sekali saja sejak aku menikah dengan SiWon oppa. Aku membunyikan bel apartemen itu.

“MiYeon-ah, kau datang” ucap AhRa eonnie dengan mata yang berkaca. Aku yakin ia telah menangis berhari-hari, matanya terlihat mengerikan.
“Ayo masuklah.”

“Apa kau mau minum sesuatu?” Tawar AhRa eonnie.

“Anniyo. Tidak perlu. Gomawo eonnie.”

“Musseun gomawo? Naega gomabgetjji. Jinnja gomawo MiYeon-ah.” (Apa maksudmu? Seharusnya aku yang berterima kasih.) ucap AhRa eonnie seraya memelukku.

“Dimana KyuHyun?” Tanyaku ragu.

“Ia ada di kamarnya. Tapi serius MiYeon-ah, ia tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.”

“Gwaenchanayo eonnie. Bagaimanapun aku harus cepat pulang” ujarku tertahan.

“Ah iya, sekarang kau sudah menikah. Kau boleh menemuinya.” Aku segera melangkahkan kakiku ke kamar KyuHyun. Aku bahkan masih mengingat kamarnya dengan jelas.

“KyuHyun-ah,” panggilku dari ambang pintu kamarnya. KyuHyun langsung menengok kearahku begitu ia mendengar suaraku. Aku melihat beberapa tumpukan piring yang bahkan masih berisi makanan tertumpuk di kamar ini.

“MiYeon-ah, bogosipta..” KyuHyun langsung memelukku.

“Kyu… KyuHyun-ah, jangan seperti ini.” Aku membelalakan mataku.

“Wae? Apa masalahnya?” KyuHyun melepaskan pelukannya.

“Jangan seperti ini KyuHyun-ah. Aku sudah menikah. Sudah satu tahun aku menikah. Kau ingat kan?”

“Apa maksudmu? Apa maksudmu kau sudah menikah? Jangan bercanda MiYeon-ah, ini sama sekali tidak lucu.” Ia mengguncangkan bahuku.

“Aku tidak bercanda KyuHyun-ah. Ini yang sesungguhnya, jebal sadarlah…” aku balas mengguncangkan pundaknya.

“A.. aniya, itu bohong. Itu bohong!” Teriaknya dan mulai mengacak kamarnya.
“Kau bohong. Kau berbohong Park MiYeon! Mengapa kau berbohong seperti itu!”

“AKU TIDAK BERBOHONG CHO KYUHYUN! MENGAPA KAU TIDAK BISA PERCAYA?!” Jeritku.

“Mi.. Miyeon-ah… mianhae, na…” KyuHyun mendekatiku dan berusaha menghapus air mataku.

“Jangan mendekat!” Aku menahan tubuhnya yang semakin mendekat, “Kubilang jangan mendekat!” Jeritku sekali lagi.

“MiYeon-ah?” AhRa eonnie masuk ke dalam kamar KyuHyun, “Apa yang terjadi?”

“Mianhaeyo eonnie, mianhae.” Ucapku seraya berlalu meninggalkan apartemen itu.

TBC

Anyeong! It’s New Years eve. Mungkin beberapa bagian sudah tahun 2016, rapi di Jakarta belum.. ㅠㅠ sekitar 30 menit lagi. Ini chapter pertama. So, untuk kelanjutannya leave comment ya… ^^ thanks for reading… And sorry for typos.

8 thoughts on “Bittersweet Part 1(Love Dust Sequel)

  1. Ya ampun kyuhyun sampai stress gitu.
    Masa sih miyeon nggak ada rasa bersalah gitu sama kyuhyun udah ninggalin kyuhyun gitu aja dan sekarang malah senag2 sama suaminya…

    Btw aku reader baru ijin baca ffnya ya 😀

    Like

  2. Ya udahlah kyu lupain miyeon bagimna pun miyeon udh bahagia sm siwon tinggal elu carilah wanita lain buat ngegantin posisi miyeon di hati lu #bijak wkwk

    Like

  3. apa sich alasan miyeon sampai meninggakjan kyuhyun kayaknya gk ada perlakuan sapah yang diperbuat kyuhyun selama ini
    atau sebenarnya miyeon tidak pernah menyukai kyuhyun tapi siwon saja

    Like

Leave a reply to jungyoohee Cancel reply